Khutbah Jumat Ramadan: Menyambut Lailatul Qadar

Menyambut Lailatul Qadar
Menyambut Lailatul Qadar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الّذي فَتَحَ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لااِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةٌ تُنْجِي قَائِلَهَا مِنَ النِّيْرَانِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Marilah kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang senantiasa dilimpahkan kepada kita. Kiranya, dengan bersyukur itu dapat menambah kepatuhan dan ketaqwaan kita kepada Allah. Yakni menggunakan nikmat itu untuk melaksanakan semua perintahnya, dan untuk menjauhi segala larangan-Nya.

Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah

Selain disebut sebagai bulan puasa, Syahrus Shiyam, Ramadan juga disebut sebagai Syahrul Qur’an atau bulan Al-Qur’an karena di bulan inilah Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Allah SWT berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS Al-Baqarah: 185)

Bagi umat Islam, ayat di atas bukan saja dipandang sebagai sebuah catatan tentang waktu diturunkannya Al-Qur’an, akan tetapi juga memiliki makna lain; yakni harapan tentang adanya sebuah malam di bulan Ramadan yang dapat melipatgandakan ibadah seseorang hingga kelipatan seribu bulan. Malam itu dikenal luas dengan sebutan “Lailatul Qadar”.

Keinginan untuk mendapatkan Lailatul Qadar ini bukanlah sesuatu yang tidak beralasan. Rasulullah SAW sendiri menyeru umat Islam untuk menyongsong malam seribu malam ini dalam sabda beliau: Rasulullah SAW bersabda, “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR. Bukhari).

Kapan datangnya malam itu? Malam yang istimewa itu masih merupakan tanda tanya, dan tidak diketahui secara pasti kapan datangnya. Nabi Muhammad SAW selalu menjawab sesuai dengan apa yang perditanyakan kepada beliau. Ketika ditanyakan kepada beliau: “Apakah kami mencarinya di malam ini?” beliau menjawab: “Carilah di malam tersebut!”

Hadirin Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah

Salah satu hikmah dirahasiakannya Lailatul Qadar adalah terpompanya kembali semangat beribadah umat Islam di sepertiga terakhir bulan Ramadan. “Lailatul Qadr” adalah malam penuh kemuliaan, sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT:

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qadr: 1-5)

Terdapat banyak riwayat yang menyebutkan tentang waktu terjadinya malam diturunkannya Al-Qur’an ini. Ada yang menyebutkan Lailatul Qadar terjadi pada tanggal 7, 14, 17, 21, 27 dan tanggal 28 Ramadan. Sebab banyaknya riwayat mengenai kejadian turunnya Al-Qur’an ini, kiranya tidak mungkin mengetahui waktu tepatnya terjadi Lailatul Qadar. Namun umumnya umat Islam Indonesia meningkatkan ibadah pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan.

Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Carilah sedaya-upaya kamu untuk menemui Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadan”. Barangkali terdapat sebagian dari kita yang bertanya mengapa waktu Lailatul Qadar tidak ditentukan secara pasti? Dengan kata lain mengapa Allah SWT tidak menjelaskan secara tegas tanggal berapa Lailatul Qadar terjadi?

Bisa jadi Allah SWT memang sengaja untuk merahasiakannya dan kita dapat memetik hikmah dari kerahasiaan Lailatul Qadar tersebut.

Jika berkaca pada fenomena umum yang terjadi di bulan-bulan Ramadan, umumnya intensitas ibadah umat Islam terjadi di awal-awal Ramadan. Namun semakin lama, semangat untuk beribadah semakin menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Bahkan ada kecenderungan dipenggal di bulan Ramadan.

Masyarakat kita mulai disibukkan dengan segala hal yang berkenaan dengan persiapan-persisapan menghadapi lebaran yang sifatnya materil. Seperti mempersiapkan makanan kecil untuk para tamu yang berkunjung di hari raya, membeli peci, mukenah, sarung, baju baru hingga sendal dan sepatu baru untuk shalat Idul Fitri.

Terkadang kesibukan terhadap hal-hal yang sifatnya kurang substansial ini bisa menggeser keinginan untuk meningkatkan amal ibadah selama bulan puasa. Padahal jika kita tinjau lebih dalam kegiatan-kegiatan tersebut hanya bersifat melengkapi kebahagiaan puasa dan hari raya, tapi jelas fenomena ini sudah menjadi tradisi tahunan dipenggal terakhir bulan puasa.

Di saat-saat kritis ini, ketika konsentrasi umat Islam mulai terpecah kepada hal-hal yang bersifat materil, Allah memberikan bingkisan “Lailatul Qadar“. Di mana segala amal kebajikan yang dilakukan di satu malam ini saja dapat mengalahkan intensitas ibadah yang dilakukan selama lebih dari seribu bulan.

Sementara jika kita kiaskan waktu seribu bulan setara dengan delapan puluh tiga tahun tiga bulan. Sebuah “bonus” yang cukup menggiurkan. Tak heran jika kemudian di akhir puasa tema Lailatul Qadar menjadi marak dibicarakan di seluruh lapisan masyarakat. Dan masjid yang semula mulai sepi kembali dipadati pengunjung. Dan dirahasiakannya waktu datangnya Lailatul Qadar membuat ibadah umat Islam tidak terpaku pada satu malam saja, namun sepuluh hari di akhir bulan Ramadan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar