Cabut Gigi ala Sarwono

Cabut Gigi ala Sarwono
Sarwono dan Ira Koesno
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. Dhimam Abror Djuraid

Hajinews.id Politisi senior Golkar Sarwono Kusumaatmadja meninggal dunia (26/7) dalam usia 80 tahun. Masyarakat politik Indonesia mengenang kiprah Sarwono sebagai salah satu politisi garis lurus yang konsisten dengan idealismenya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sepanjang karir politiknya Sarwono membaktikan diri kepada Golkar sampai menjadi menteri dua kali. Tetapi, pada akhirnya, ketika pemerintahan Presiden Soeharto sudah tidak bisa lagi bertahan menghadapi krisis, Sarwono berani menyuarakan tuntutan supaya Soeharto mengundurkan diri atau dilengserkan.

Sarwono meninggal dunia ketika para aktivis politik memperingati 25 tahun perjalanan reformasi. Para pelaku sejarah merefleksikan pandangannya mengenai perjalanan reformasi selama seperempat abad ini. Banyak yang merefleksikan kekecewaan terhadap arah perjuangan reformasi yang makin melenceng, tetapi banyak juga yang menganggap reformasi masih berada pada rel yang benar.

Momen ikonik yang menjadi trade mark Sarwono terjadi ketika memberikan wawancara kepada stasiun televisi SCTV pada 17 Mei 1998 pada program Liputan 6 Siang. Saat itu, Sarwono mengenakan blazer cokelat muda dan polo shirt biru tua. Di lengan kiri Sarwono terlilit pita hitam sebagai tanda berkabung.

Sarwono dihubungi untuk menjadi narasumber, dan ia bersedia dengan syarat boleh memakai ban hitam di lengan, dan SCTV harus berani mengibarkan bendera setengah tiang di halaman studio sebagai simbol berkabung nasional atas tewasnya mahasiswa Trisakti.

Permintaan ini terasa berat bagi SCTV, yang nota bene adalah televisi swasta yang sahamnya dikuasi oleh keluarga Cendana melalui tangan pengusaha Peter Gontha sebagai pimpinan tertinggi. Bendera setengah tiang tidak dikibarkan, tetapi Sarwono terlihat memakai ban hitam di lengannya.

Saat itu Sarwono baru saja menyelesaikan jabatannya sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup. Ia menjadi salah satu menteri yang terkena reshuffle oleh Presiden Soeharto. Situasi sudah memuncak karena krisis ekonomi tidak bisa dikendalikan lagi. Demonstrasi mahasiswa semakin meluas, ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR RI di Senayan.

Kerusuhan masal terjadi di beberapa tempat di Jakarta, pembakaran dan penjarahan terjadi di pusat-pusat perbelanjaan. Kerusuhan anti-Cina meledak di Jakarta, rumah-rumah elite milik warga Tionghwa dibakar dan dikbarkan terjadi sejumlah perkosaan terhadap perempuan Tionghawa.

Dalam kondisi demikian terjadi penembakan terhadap mahasiswa Trisakti yang menyebabkan beberapa orang tewas. Penembakan ini misterius karena tidak diketahui pelakunya dan tidak ada yang mengaku bertanggung jawab.

Para mahasiswa Trisakti itu menjadi tumbal gerakan reformasi, sekaligus menjadi ikon puncak gerakan. Presiden Soeharto menghadapi tekanan yang semakin kuat, dan berusaha bertahan dengan melakukan reshuffle kabinet. Tetapi, langkah itu sia-sia, karena sejumlah menteri senior yang selama ini menjadi orang-orang kepercayaannya, tidak bersedia masuk dalam kabinet.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *