Alhamdulillah! Seorang Mualaf Jepang Naik Haji Bersama Para Jemaah haji Indonesia

Seorang Mualaf Jepang Naik Haji Bersama Para Jemaah haji Indonesia
Toru Tokoi, mualaf asli Jepang yang kini menetap di Bali menjadi jamaah haji kloter Bali, embarkasi Surabaya.


banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Wajah yang tidak khas warga pribumi, namun wajah oriental membuat seorang jemaah haji dari Desa Dangin Puri Kelod, sebelah timur Denpasar, Bali, menjadi pusat perhatian.

Tokoi Toru sang mualaf dari Jepang berkesempatan menjadi tamu Allah SWT pada musim haji tahun ini. Pria berusia 73 tahun yang terlihat sehat dan bugar ini telah mendaftar haji sejak 2011.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Istri saya yang pertama kali mengajak saya untuk mendaftar haji. Saya tidak keberatan karena saya ingin menemaninya,” ungkap Toru Tokoi pada Minggu (11/6/2023).

Toru sebenarnya memiliki kesempatan untuk berangkat haji pada tahun 2020, namun pandemi Covid-19 membuat dirinya dan sang istri tidak dapat menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut.

“Pada tahun 2022, kami juga tidak dapat berangkat karena jemaah haji usia 65 tahun ke atas belum diizinkan untuk menunaikan ibadah haji,” lanjutnya.

Setelah menunggu selama 12 tahun, akhirnya pada tahun ini Toru Tokoi mendapat panggilan untuk menjadi tamu Allah di Baitullah melalui Embarkasi Surabaya Kloter 46.

Pria asal Kota Tochigi, yang terletak sekitar 100 km di sebelah utara Tokyo, telah menetap di Indonesia sejak 1995 setelah menikahi seorang wanita asal Bali yang setia mendampinginya hingga saat ini. Sejak saat itu, Toru Tokui telah mengucapkan dua kalimat syahadat.

“Alhamdulillah, karena saya sudah menjadi muslim, pada tahun 1996 saya juga sudah menjalani sunat. Hanya saja, karena saya sudah dewasa pada saat itu, prosesnya agak sulit,” kenangnya dengan malu-malu.

Menurut Toru, di Indonesia, agama merupakan bagian tak terpisahkan dari berbagai aspek kehidupan. Hal ini berbeda dengan di Jepang. Oleh karena itu, Toru sangat terkesan dengan kehidupan beragama di Indonesia.

“Di Jepang, agama hanya memiliki fungsi seremonial saat seseorang meninggal. Tidak terlihat kehidupan beragama sehari-hari. Tidak ada hari libur nasional untuk hari raya keagamaan,” jelas Toru.

Meskipun telah berusia lebih dari 70 tahun, Toru, yang merupakan seorang ayah, masih aktif bermain tenis tiga kali seminggu. Ia mengaku menikmati masa tuanya.

“Dulu saya mengelola lembaga bimbingan belajar yang cukup besar di Jepang untuk persiapan ujian masuk SMA dan universitas. Saya juga mengajar pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris,” terangnya.

Saat ini, dia telah menyerahkan manajemen lembaga bimbingan belajar tersebut kepada seorang temannya. Dia menjalani hari-harinya bersama istri di Denpasar, Bali. Ketika berada di tanah suci nanti, Toru memiliki doa agar keluarganya selalu aman, sejahtera, dan diberi umur panjang.

Sumber: suara

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *