Pahami Ciri Pemimpin Merakyat Biar Tidak Terkecoh

Ciri Pemimpin Merakyat
Haedar Nashir
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah

Hajinews.id – Untuk memajukan taraf hidup masyarakat, Indonesia dianggap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir perlu melakukan dua hal konkret.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pertama, mengubah mindset umat Islam dan bangsa Indonesia, dan kedua, mengakselerasi kinerja pusat-pusat keunggulan yang berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dua hal ini lebih konkret untuk memajukan bangsa daripada mempertaruhkan nasib pada sosok pemimpin yang dikategorikan sebagai pemimpin merakyat.

Perlu perubahan mindset di tubuh umat Islam dan bangsa Indonesia jika ingin maju. Selain mengubah pola pikir komunalitas yang irasional kepada cara berpikir yang lebih rasional, objektif, meritokrasi berbasis sistem yang good governance dan insya Allah Muhammadiyah siap dalam sistem yang seperti ini.

Tapi kalau sistem yang gontok-gontokan, kita tidak pernah naik kelas sebagai bangsa dan sebagai umat.

Mindset komunalitas irasional yang dimaksud adalah corak alam pikiran yang serba goyah, mudah termakan oleh isu-isu artifisial tertentu, lalu pindah ke isu-isu lain tanpa menyelesaikan masalah dari satu isu pun.

Berbagai contoh yang ada dari mindset komunalitas ini misalnya seperti gairah untuk mengekspor gagasan Islam Indonesia ke dunia internasional, padahal masalah substansial di dalam negeri sendiri banyak yang belum selesai.

Di sisi lain, mudahnya bangsa Indonesia terkecoh oleh sosok yang dikategorikan sebagai pemimpin merakyat lewat retorika dan pembentukan narasi, padahal rekam jejaknya tidak memadai.

Di era media sosial, orang tidak berbuat apa-apa di pasar, hanya nampang saja, kebetulan tokoh, lalu wah disebut merakyat. Padahal kenyataannya cuma lewat.

Dia tidak memberdayakan orang yang ada di pasar itu untuk berubah dari kelas UMKM menjadi kelas menengah ke atas.

Cuma lewat atau mampir ke tukang pecel, tanpa mengubah nasib tukang pecel itu yang dia tetap menderita di tengah glamoritas tokoh atau siapa pun dia yang memperoleh keuntungan dari kapitalisasi kemiskinan itu.

Tapi orang Indonesia kan suka yang gitu-gitu kan? Lalu terkesan, wah ini tokoh yang merakyat. Padahal, tokoh yang merakyat seharusnya yang bisa mengubah nasib rakyat secara signifikan sehingga dia menjadi lebih sejahtera.

Jika bangsa Indonesia bisa keluar dari mindset komunalitas irasional ini, dan didukung dengan pengembangan pusat-pusat keunggulan yang mumpuni, saya percaya daya saing bangsa Indonesia bisa naik kelas dan bangsa Indonesia mulai layak untuk mempromosikan gagasannya ke dunia luar.

Nah, mudah-mudahan lewat Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, lewat Rumah Sakit Muhammadiyah, kita bisa terus berbuat mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan membawa Indonesia itu lebih unggul berkemajuan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *