Merengkul Keragaman: Ras dan Pluralitas Agama Dalam Perspektif Islam

Ras dan Pluralitas Agama
Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation

Hajinews.id – Pagi ini saya terbang ke Houston untuk menjadi pembicara di Rice University tentang keragaman ras dan agama dalam perspektif agama Islam. Sebuah topik yang menarik tentunya. Karena memang isu rasisme khususnya dan diskriminasi kehidupan secara umum masih terus terjadi di negara yang diakui sebagai “pulau kebebasan” (land of freedom) ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Memang salah satu kenyataan dunia kita saat ini adalah adanya fenomena paradoksikal. Di satu sisi dengan globalisasi, dunia semakin saling terkoneksi (interconnected). Namun di sisi lain juga dengan keterbukaan yang ada, khususnya keterbukaan media, dunia juga semakin terbuka dengan keragamannya.

Dan karenanya isu keragaman dalam dunia yang terbuka memerlukan pemahaman yang benar, sekaligus sikap bijak yang tinggi. Jika tidak, boleh jadi akan terjadi gesekan-gesekan sosial yang tidak diharapkan. Gesekan sosial itu dapat terjadi, salah satunya, karena dipicu oleh kompetisi yang menjadi ciri dunia global ini.

Islam dan keragaman ras

Islam menempatkan keragaman ras manusia tidak saja sebagai fenomena sosial. Tapi lebih dari itu keragaman ras justeru dilihat sekaligus sebagai fenomena keimanan. Dan karenanya keragaman ras mendapat perhatian besar dalam Islam.

Satu, bahwa keragaman diyakini sebagai sunnatullah (ketentuan) Allah dalam ciptaanNya. “Dan sekiranya Allah berkehendak niscaya Dia menjadikan kalian semua dalam satu umat” (Al-Maidah: 48).

Dua, bahwa keragaman itu sekaligus menjadi salah satu ayat (tanda) kebesaran Allah SWT. “Dan di antara tanda-tandaNya adalah penciptaan langit dan bumi dan perbedaan bahasa dan warna kalian” (Ar-Rum: 22).

Tiga, Islam mengajarkan bahwa semua manusia, tanpa kecuali, diciptakan dari sumber penciptaan yang sama. “Dan Alah menciptakan kalian dari tanah” (Fathir: 11).

Empat, Islam mengakui kesatuan keluarga (one family) dan pada saat yang sama merangkul keragaman yang ada. “Wahai manusia Sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku..” (Al-Hujurat: 13).

Lima, konsep Tauhid dalam Islam mengajarkan “One God-One Humanity”. Bahwa keyakinan kita kepada Tuhan yang satu sekaligus mengajarkan kemanusiaan yang satu. Kemanusiaan inilah yang disebut fitrah. “Wahai manusia bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari satu orang “nafs wahidah”. (An-Nisa: 1).

Enam, ketauladanan Rasulullah dalam hal keragaman ras tidak dapat tersangkal oleh siapapun. Beliau tidak saja merangkul keragaman itu. Tapi memperjuangkan dan membela kesetaraan. Satu contoh yang terkenal adalah ketika membela Bilal di hadapan Abu Dzar yang memanaggilnya “anak Ibu yang hitam”. Beliau mengatakan “Wahai Abu Dzar, anda adalah orang yang masih punya kejahilan”.

Bahkan dalam khutbah wada’ (final sermon) di padang Arafah beliau mendeklarasikan hal yang beberapa abad kemudian dideklarasian oleh PBB dengan nama “Declaration of Human Rights”. Beliau menegaskan: “Tuhan kalian satu. Ayah kalian satu. Semua kalian adalah keturunan Adam dan Adam tercipta dari tanah. Tidak ada kelebihan orang Arab di atas non Arab atau sebaliknya. Dan tidak ada kelebihan orang putih di atas orang hitam dan sebaliknya. Hanya dengan ketakwaan di antara kalian”.

Tujuh, konsep komunitas atau bangsa (umat) dalam Islam melampaui semua batas-batas kemanusiaan, termasuk batas rasial. Dan semua yang menjadi bagian dari umat ini memiliki kesetaraan dalam agama. “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa” (Al-Hujurat: 13).

Islam dan Pluralitas Agama

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *