Hajinews.id – Saat Rasulullah berusia lima tahun, saat ia masih dalam asuhan Halimah as-Sa’diyah di desa Bani Sa’ad, terjadi peristiwa besar yang sekaligus menandakan masa depannya sebagai seorang nabi. Peristiwa ini disebut pembelahan dada (syaqqus shadr).
Adapun Rasulullah ﷺ disusukan juga oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Kemudian, sebagaimana adat kebiasaan masyarakat perkotaan waktu itu Ibunya mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya.
Maka terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku Sa’ad bin Bakr, yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan Halimah as-Sa’diyah.
Sesungguhnya atas kehendak Allah jualah, hingga Halimah as Sa’diyah menyusui Rasulullah ﷺ ketika kecilnya. Sebab ketika pertama kali ditawarkan untuk menyusuinya, dia terasa enggan menerimanya, karena Rasulullah ﷺ anak yatim yang tidak dapat diharapkan imbalan materi yang layak darinya. Tetapi, ketika tidak didapatkan lagi bayi lain untuk disusui, maka diapun menerima bayi Muhammad untuk disusui di perkampungan Bani Sa’ad.
Ternyata dia tidak salah pilih, karena yang dia susui telah Allah SWT persiapkan menjadi manusia paling agung di muka bumi ini yang akan membawa jalan terang bagi umatnya yang beriman. Maka wajar, setelah itu kehidupan Halimah as-Sa’diyah penuh dengan keberkahan.
Demikianlah, lima tahun pertama kehidupan Rasulullah ﷺ, dia lalui di daerah perkampungan dengan kehidupan yang masih asri dan udara segar di lembah Bani Sa’ad.
Hal tersebut tentu saja banyak berpengaruh bagi pertumbuhan Rasulullah ﷺ, baik secara fisik maupun kejiwaan.