Daftar Donatur Palestina
Ketiga; diskursus minhum-minna, kamu-aku, ini adalah wacana yang bisa kehilangan kontekstualisasi untuk saat ini. Di masa lalu, Islam versus Kristen; Sunni versus Syi’ah; Sunni versus Wahabi; Sunni Salafi versus Sunni Moderat versus Sunni Liberal; semua saling berhadapan dan bermusuhan. Dimasa depan, sejarah perdamaian harus diciptakan sebagaimana yang telah diwacanakan kembali oleh PBNU dengan fiqih peradaban dan perdamaiannya.
Selain itu, situasi internasional juga sudah berubah. Terorisme tidak menjadi diskursus krusial lagi bagi Amerika. Perhatian dunia sekarang justru perdamaian dan energi terbarukan. Arab Saudi dan Iran juga sudah bisa “berdamai”. Sunni-Syiah -Wahabi tidak segan lagi bergandengan tangan.
Sementara politik identitas yang pernah terjadi di masa lalu seperti menemukan momentumnya untuk berakhir dan diakhiri melalui koalisi nasionalisme-sekular Nasdem, nasionalisme-religius PKB, dan religiusme-harakah PKS. PKB dan Nasdem dapat menjadi tameng kemungkinan munculnya tuduhan politik identitas di masa depan.
Sebagai penutup tulisan ini, penulis ingin menyetir perkataan Gus Dur, “Kalau iman kita kuat, kenapa mesti takut bergaul sama non muslim?” Maka melalui itu pula penulis ingin meminjam diktum, “Kalau kita punya bobot politik yang kuat, kenapa mesti was-was dengan Parpol lain?”
Maka sudah menjadi suratan takdir, pasangan Amin “berpasangan” dan berkoalisi antara PKB, Nasdem dan PKS. Usaha pertama dengan Prabowo (Gerindra) hampir dua tahun mengalami jalan terjal. tetapi dengan Surya Paloh, hanya dua hari sudah datang, ini penulis kira, penting bagi PKB, NU serta NKRI. Apakah nanti takdir berikutnya adalah RI 2 di 2024, wallahu a’lam. Takdir ini juga perlu dijemput. Kali ini PKB bersama PKS dan Nasdem. Semoga Allah memudahkan. Amin. Wallahu’alam bishawab
