Membuat Heboh! Kisah Abu Nawas: Menjual Matahari di Negerinya

Abu Nawas Menjual Matahari
Abu Nawas Menjual Matahari
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Baginda bangga tidak korupsi? Anak Baginda jual pisang goreng? Itu malah membuat mereka marah dan cemburu. Buat mereka, Baginda mestinya korupsi agar mereka tidak repot-repot lagi bikin isu tidak masuk akal, misalnya Baginda keturunan Mongolia, Baginda memusuhi ulama, Baginda membiarkan partai yang sudah dilarang tumbuh lagi. Wah, pokoknya banyak Baginda.”

“Lalu apa hubungannya dengan menjual matahari?”

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dengan pelan-pelan Abu Nuwas kemudian menjelaskan bahwa apa yang dianggap Baginda Raja sebagai prestasi nasional tapi justru dianggap pemborosan serta membebani negara adalah karena mereka terbiasa melihat semua prestasi yang ada di ruang gelap.

Di ruang gelap, gadis cantik tidak terlihat, sebatang emas bisa dianggap besi. Apalagi jika cara melihatnya sambil bergelantungan.

“Tapi, kalaupun mata mereka tidak melihat di ruang gelap, bukankah telinga mereka mendengar, hati mereka terbuka? Bagaimana mungkin mereka menuduhku memusuhi ulama padahal wakilku sekarang adalah ulama besar? Jika pun mereka tidak suka aku, bukankah kepada mereka sekarang aku sodorkan ulama yang dulu mereka klaim mereka bela? Mengapa sekarang mereka tinggalkan?”

“Baginda, itulah enaknya melihat dunia di ruang gelap sambil terbalik. Kita bisa menikmati apa yang mereka nikmati selama ini. Baginda tidak capek berpikir rasional?”

Baginda Raja Khalifah Harun Al-Rasyid kembali terdiam tidak mengerti penjelasan Abu Nawas.

“Percayalah, Baginda, hanya dengan melihat segala sesuatu di kegelapan, Baginda akan paham mengapa selama ini mereka melihat infrastruktur megah, pemerataan pembangunan di daerah tertinggal. Semuanya sama sekali tidak berguna karena tak bisa dimakan. Mohon jangan katakana: ‘Infrastruktur memang tidak bisa dimakan, tapi dengan infrastruktur kita makin mudah cari makan.’ Itu cara berpikir rasional dan normal, paduka.”

Massa di luar istana makin membeludak, tapi Baginda Raja kali ini diam saja. Dia memberi isyarat membenarkan Abu Nuwas.

“Jadi, boleh saya jual matahari?”

Besok Baghdad gelap. Banyak rakyat bergelantungan. Aspal di jalan terlihat ketan.

Wallahu a’lam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *