Kenapa Mahasiswa Tidak Bergerak?

Mahasiswa Tidak Bergerak
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Puthut EA 

Hajinews.co.id – Mungkin hampir setiap hari, ada saja orang yang bertanya seperti itu kepada saya. Tentu jawaban terbaik yang bisa saya berikan: Saya sudah bukan mahasiswa lagi, tanyakan saja kepada para mahasiswa.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Namun saya akan memberikan analisis saya. Kalau analisis sih boleh saja, ya. Bisa benar, bisa salah. Bisa ada benarnya dan banyak salahnya, bisa juga sebaliknya.

Pertama, tidak benar bahwa mahasiswa tidak bergerak. Hanya saja masih kecil jumlahnya dan sporadis. Tidak seperti misalnya pada aksi ‘Reformasi Dikorupsi’ yang mencoba menghadang RUU KPK dan RUU Ciptaker (dulu namanya RUU Cilaka). Saat itu, puluhan ribu orang tumpah di jalan-jalan, di puluhan kota di seluruh Indonesia. Kalau dikalkulasi menyeluruh, jumlahnya bisa ratusan ribu orang.

Tapi saat itu, semua pendukung dan buzzer Presiden Jokowi bergerak massif membuat propaganda bahwa mahasiswa ditunggangi para taliban dan teroris. Padahal, yang bersama mahasiswa waktu itu ya para dosen dan para intelektual. Bahkan bukan hanya mahasiswa, tercatat puluhan ribu anak SMK dan SMA juga turun ke jalan. Di Jakarta, bentrok sudah terjadi beberapa hari.

Saat itu bahkan tidak ada budayawan sepuh yang sampai menangis ketika diwawancara di televisi. Saat itu bahkan tidak sampai ada Maklumat Juanda.

Tuduhan keji itu terus ada di kepala para mahasiswa dan demonstran yang lain. Sialnya, orang-orang yang empat tahun lalu itu menuduh mahasiswa ditunggangi dan disusupi kaum taliban, sekarang ini yang mengharap dan berusaha memanas-manasi mahasiswa untuk turun ke jalan. Memangnya mahasiswa segoblok itu?

Benar bahwa mahasiswa yang sebagian besar turun di jalanan saat itu sudah lulus kuliah. Tapi kita semua tahu, hubungan mahasiswa yang tak terpaut jauh usia dan tingkatannya, sangat erat. Sangat dekat.

Kalau mahasiswa turun ke jalan sekarang, mereka tahu kalau mereka hanya ‘diperalat’ demi kepentingan elite politik. Diminta menyikat satu pasangan untuk keunggulan pasangan yang lain. Dengan berbagai alasan, mulai dari dinasti politiklah, sampai ke soal potensi kecurangan pemilu.

Dukungan dan ajakan mereka adalah palsu. Hipokrit. Bukan tulus. Tapi karena kepentingan politik partai dan pasangan mereka ingin menang atau terancam kalah.

Belum lagi mempertimbangkan efek yang dinyatakan oleh Eep Saefulloh Fatah. Ketika terjadi kegentingan politik, maka penguasa akan punya alasan kuat untuk menunda pemilu. Dan yang diuntungkan adalah orang yang ingin jabatannya diperpanjang. Anda tahu siapa dia, bukan?

Maka kalau memang elite politik mau serius, silakan saja memakai peranti parlemen. Bisa dimulai dari hak angket. Tapi nyatanya sampai sekarang juga tidak terjadi, bukan? Kalau mereka tidak mau melakukan, kenapa meminta dan menagih mahasiswa yang melakukannya? Mau nabok nyilih tangan?

Ada yang menarik dalam peristiwa demonstrasi mahasiswa akhir-akhir ini. Dengan berbagai cara coba dilakukan. Tapi karena jumlahnya nisbi kecil, maka pihak yang didemo bisa mengerahkan massa yang lebih besar. Hal itu terbukti dengan aksi di depan KPK belum lama ini. Aksi kecil ya mudah ditandingi. Tapi kalau sudah setiap kota turun mahasiswa dan teman-teman SMK/SMA sebanyak puluhan ribu di puluhan kota, bagaimana mau menandinginya?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *