Ini 20 Sifat Mustahil bagi Allah, Arti dan Penjelasannya

Sifat Mustahil bagi Allah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



11. Al-Ashammu.

Ashammu berarti tuli. Mustahil bagi Allah SWT tidak bisa mendengar. Dialah Yang Maha Mendengar segala sesuatu yang diucapkan oleh makhluk-Nya.

Shamamun ialah tuli. Ini merupakan sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah karena Allah Maha Mendengar. Tidak ada yang luput dari pendengarannya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tidak mungkin Allah tidak mendengar, bahkan yang sekecil apapun. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 127:

إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Innaka Antas Samii’ul Aliim.

Artinya: Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 127).

Dengan demikian, Allah tidak mungkin tuli karena sifat-Nya yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

12. Al-‘Umyu.

Sifat mustahil bagi Allah yang disebut ‘Umyu yang berarti buta. Ini sesuatu yang tidak mungkin dimiliki-Nya.

Allah SWT Maha Melihat. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa Dia ialah Sang Pengamat yang melihat segala sesuatu.

Dalam bahasa Arab, ‘Umyun berarti buta. Tidak mungkin Allah buta karena Allah Maha Melihat. Ini merupakan salah satu sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh Allah SWT.

Al-Qur’an, sebagai wahyu ilahi, menjelaskan bahwa tidak ada yang tersembunyi dari pandangan-Nya, termasuk yang tampak maupun yang tersembunyi.

Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 18:

إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Innal laaha ya’lamu ghaibas samaawaati wal ard; wallaahu basiirum bimaa ta’maluun.

Artinya: Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Dengan demikian, Allah tidak mungkin buta, karena kemampuan melihat adalah salah satu sifat-Nya yang Maha Mulia.

13. Al-Bukmu.

Bukmu, yang berarti bisu, ialah sifat mustahil bagi Allah SWT. Mustahil bagi Allah untuk tidak bisa berbicara karena Allah ialah sumber dari segala firman dan wahyu. S

ifat mustahil ini bertentangan dengan hakikat Allah yang bersifat kalam yang berarti Dia Maha Bicara atau Maha Berfirman. Jika Allah bersifat bisu, tidak mungkin Allah menurunkan wahyu kepada para nabi.

Sebaliknya, dalam Al-Qur’an, Allah menunjukkan bahwa Dia berbicara langsung kepada Nabi Musa, seperti yang tertulis dalam Surah An-Nisa ayat 164:

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا

Wa kallamallaahu Muusaa takliimaa.

Artinya: Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung.

Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat kalam, sehingga mustahil bagi-Nya untuk bersifat bisu.

14. Kaunuhu ‘Ajizan.

Kaunuhu ‘Ajizan merujuk pada zat yang lemah. Mustahil bagi Allah SWT memiliki sifat kelemahan, karena Dialah yang memiliki kekuasaan (Qadiran). ‘Ajizan, yang berarti yang lemah, merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah Maha Berkuasa.

Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah, karena Dialah yang memiliki kekuasaan mutlak. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan-Nya.

Semua yang terjadi di alam semesta ini terjadi atas kehendak dan kekuasaan Allah. Allah tidak memerlukan bantuan dari siapa pun. Dengan demikian, Allah mustahil bersifat ‘Ajizan.

15. Kaunuhu Karihan.

Kaunuhu Karihan merujuk pada zat yang terpaksa. Mustahil bagi Allah SWT untuk memiliki sifat terpaksa, karena Dialah yang memiliki kehendak (Muridan) atas segala yang Dia kehendaki. Karihan, yang berarti maha terpaksa, merupakan sifat mustahil bagi Allah karena Allah Maha Berkehendak atau Muridan.

Allah SWT tidak mungkin bersifat terpaksa, karena segala yang terjadi di alam semesta ini adalah hasil dari kehendak-Nya. Semua peristiwa, kejadian, dan ciptaan di alam semesta ini merupakan wujud dari kehendak Allah yang Maha Berkehendak.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *