Tanduk Banteng Tak Patah

Tanduk Banteng Tak Patah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Mereka pada umumnya bertempur pada ceruk suara yang sama. Namun, meski antarcalon bertempur, secara akumulatif perolehan suara bermuara pada suara partai.

Artinya, daya tempur calon-calon anggota legislatif parpol tersebut merupakan faktor penting perolehan suara partai.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sepekan sebelum coblosan, saya menemukan kasus yang menjadi inti bahasan tulisan ini. Saya berjumpa dengan komunitas yang mengaku akan memilih pasangan Prabowo-Gibran untuk pilpres. Komunitas tersebut merupakan pemilih Jokowi pada Pilpres 2019.

Namun, untuk DPR, mereka mengaku akan memilih calon dari PDIP, sebagaimana Pemilu 2019. Bukan memilih calon dari Partai Gerindra yang capresnya hendak dipilih. Pun bukan calon dari PSI yang mengklaim partainya Jokowi.

Mereka memilih pasangan Prabowo-Gibran dengan sejumlah alasan. Begitu pula memilih calon dari PDIP, bukan Partai Gerindra, bukan pula PSI, dengan berbagai alasan.

Saya membaca alasan-alasan tersebut berhubungan dengan modalitas politik yang dikuasai masing-masing dan bekerja untuk memengaruhi pilihan.

Saya menduga, modalitas politik yang dikuasai calon dari PDIP itu tak cukup ampuh untuk mengubah pilihan komunitas tersebut dari pasangan Prabowo-Gibran ke pasangan Ganjar-Mahfud.

Pilihan rasionalnya lalu “mengikhlaskan” pasangan Ganjar-Mahfud tak dipilih. Tapi, untuk pileg tetap memilih PDIP.

Saya yakin kasus “dilematis” seperti itu banyak sekali. Boleh jadi sebagian besar kader PDIP menghadapinya, terutama di wilayah yang dikenal sebagai “kandang banteng”.

Masuk akal bila operasi politik Jokowi dengan modalitas politik yang ampuh diutamakan di “kandang banteng”. Di sinilah basis elektoral pasangan Ganjar-Mahfud.

Dengan strategi baru tersebut para kader dan calon anggota legislatif dari PDIP berhasil mencegah perluasan dampak elektoral pisah jalan antara Megawati dan Jokowi.

Meski kalah pada kontestasi pilpres, tapi PDIP tetap juara pertama pada kontestasi pileg. Banteng tetap berpeluang memimpin parlemen.

Pelajaran penting bahwa kontestasi pileg membutuhkan kader-kader parpol yang benar-benar menguasai lapangan politik dan punya daya tempur hebat. Bukan sekadar jualan citra orang lain.

Relasi kuat antara kader parpol dan masyarakat pemilih membentuk konstituen politik dan basis elektoral. Di sinilah PDIP teruji ketangguhannya. Meski tanpa Jokowi.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *