Aksi Bakar Diri Mohamed Bouazizi Menciptakan Gelombang Revolusi Arab Spring

Aksi Bakar Diri Mohamed Bouazizi
Foto: Aksi Bakar Diri Mohamed Bouazizi/ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.co.idKepemimpinan yang otoriter kerap menimbulkan protes. Kisah ini terlihat pada masa diktator Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali. Kebebasan berpendapat di Tunisia adalah hal yang “gaib”. Siapapun yang melawan akan dihukum berat.

Mohamed Bouazizi pun merasa perlu menjadi penyelamat. Penjual buah itu ingin melawan tirani kekuasaan dengan tindakan aneh: bakar diri Alih-alih memaksa diktator Ben Ali mundur, tindakannya justru memicu gelombang revolusi di Timur Tengah (Arab Spring).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kepemimpinan Presiden Zine El Abidine Ben membawa harapan baru di seluruh Tunisia. Sejak tahun 1987, ia disebut sebagai pahlawan. Rakyat Tunisia berharap Ben Ali bisa mengantarkan era kebebasan berpendapat.

Rezim Ben Ali dianggap takkan menyengsarakan rakyat. Apalagi, sampai berlaku memaksa menahan dan menyiksa para pengkritik yang berisik. Harapan tinggal harapan. Pemerintahan Ben Ali justru berbuat sebaliknya.

Ben Ali menggelorakan pemerintahan yang otoriter. Kondisi itu diperparah dengan korupsi yang merajalela. Seisi Tunisia jadi korban. Hajat hidup rakyat Tunisia jatuh pada level terendah. Tiada yang mampu mengkritik Ben Ali. Pemimpin Tunisia itu selalu mampu mempertahankan kekuasaannya. Sekalipun Pemilu terus digelar.

Pemenang sudah tentu Ben Ali. Ia lalu dijuluki sebagai Ben a Vie, alias presiden seumur hidup. Rakyat Tunisia geram. Kegeraman muncul karena kondisi hajat hidup rakyat Tunisia kian memburuk. Rakyat menuntut pemerintah dapat membuka banyak lapangan pekerjaan dan menaikkan upah pekerja.

Pemerintah Tunisia seakan tak mendengar kritikan. Empunya kuasa justru kian represif. Potret itu diperlihatkan dengan tindakan gegabah aparat penegak hukum yang merazia gerobak buah milik Mohamed Bouazizi di Kota Sidi Bouzid.

Penjual buah putus sekolah itu (sebelumnya informasi Bouazizi adalah sarjana, namun tak benar) berinisiatif untuk mendatangi balai kota untuk mendapatkan kembali gerobaknya. Malang tak dapat ditolak.

Keinginannya tak diindahkan oleh pemerintah setempat. Kekecawaan Bouazizi kepada pemerintah yang dianggapnya ikut menyengsarakan rakyat kecil muncul. Ia membeli dua kaleng bensin dan mendatangi Kantor Gubernur pada 17 Desember 2010. Di sana ia melakukan aksi bakar diri sebagai bentuk protesnya kepada pemerintah.

“Dia mencari nafkah dengan satu-satunya cara yang bisa dia temukan: sebagai penjual buah dan sayur untuk menghidupi ibu, paman, dan lima saudara laki-laki dan perempuannya di rumah. Namun, dia terus-menerus diganggu oleh pejabat pemerintah.”

“Setelah pihak berwenang menyita dagangannya, memukulinya, dan menolak mengembalikan harta bendanya, dia menyiram dirinya dengan bensin dan menyalakan korek api untuk membakar diri di depan kantor gubernur setempat,” terang Adele Hasan dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul A Fruit Vendor Whose Death Led to a Revolution (2014).

Picu Arab Spring

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *