Israel Terguncang, Seorang Rabi Yahudi Serukan Umatnya Tinggalkan Negaranya

Rabi Yahudi Serukan Umatnya Tinggalkan Negaranya
Yitzhak Yosef
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Kami tidak akan pernah meninggalkan negara kami. Masyarakat yang bersedia untuk membayar dengan nyawanya karena Tanah Israel tidak akan menyerahkannya dalam kondisi apa pun.”

Rabbi David Stav, Ketua Organisasi Kerabian Tzohar, juga tak kalah keras menanggapi pernyataan Rabi Yosef.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Selama masa penderitaan dan tragedi yang terus-menerus menimpa rakyat Israel, di mana hampir setiap hari kita menyaksikan semakin banyak anak-anak kita yang gugur dalam mempertahankan tanah ini, setiap fokus harus tertuju pada pertahanan dan dukungan militer kita.”

“Pernyataan yang menganjurkan untuk menghindari dinas IDF adalah noda moral yang tercela dan aib nama Tuhan.”

Ia juga menegaskan bahwa ancaman meninggalkan Israel khususnya untuk menghindari membela negara kita sangat tercela dan sepenuhnya bertentangan dengan semangat Halacha (hukum Yahudi).

“Orang mungkin berharap bahwa seseorang yang menduduki jabatan Kepala Rabbi Israel akan mendorong layanan IDF dibandingkan menghindari layanan hingga benar-benar meninggalkan negara tersebut,” kata Stav menyindir Yosef.

Rabi Yahudi Desak Pembunuhan Anak di Gaza

Seorang rabi Israel mendesak pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza. Dia menganggapnya hal itu sebagai respons terhadap ajaran halakha atau hukum Yahudi.

Ucapan tersebut disampaikan Rabbi Eliyahu Mali di hadapan murid-muridnya dan videonya beredar luas viral di media sosial.

“Dalam perang mitzvah, dalam situasi kami di Gaza, sesuai dengan hukum yang mengatakan, ‘Tidak setiap jiwa akan hidup,’ dan logikanya sangat jelas: jika Anda tidak membunuh mereka, mereka akan membunuh Anda,” kata Mali dalam video yang beredar, menutip Palestine Chronicle.

Bahkan, tanpa dasar Rabi Yahudi tersebut menyatakan bahwa para pejuang Palestina adalah ‘teroris’ yang dicetak oleh para perempuan Gaza.

“Siapapun yang datang untuk membunuhmu, bunuh dia dulu.”

“Siapa pun yang datang untuk membunuh Anda dengan konsep ini tidak hanya mencakup pemuda berusia 16, 18, 20, atau 30 tahun yang kini menodongkan senjata kepada Anda, tetapi juga generasi mendatang (anak-anak Gaza), dan mereka yang memproduksinya (perempuan Gaza),” ungkapnya.

Diketahui, Mali mengepalai sekolah agama Shirat Moshe di Jaffa, di Israel tengah.

Rabi Yahudi tersebut memberikan doktrin pada generasi muda di Israel untuk melakukan genosida di Gaza.

Para siswa Mali bertugas di militer Israel.

Seruan untuk membunuh dan membersihkan etnis warga Palestina tidak hanya terbatas pada ekstremis agama, tapi juga disebarkan oleh pejabat tinggi Israel, menteri, dan tentara Israel.(*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *