Ramadan Sebagai Bulan Transformasi-05

Ramadan Sebagai Bulan Transformasi
Shamsi Ali Al-Kajangi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi

Hajinews.co.id – Seringkali kita mengasosiasi keutamaan Ramadan dengan bulannya. Padahal semua rentang waktu itu, dari menit ke jam, jam ke hari, hari ke Minggu dan bulan, semuanya sama di mata Allah. “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas bulan. Empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan Muharram (dilarang melakukan perang)”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Keutamaan bulan Ramadan ada pada bagaimana respon dan prilaku (behaviors) kita padanya. Apakah direspon secara positif dan sepenuh hati. Atau dibiarkan berlalu tanpa respon positif dan setengah hati pula. Setengah hati dalam menjalankan amalan-amalan ritual yang ada (puasa, qiyam, dll). Apalagi menjadikannya sebagai momen transformasi atau perubahan mendasar dalam kehidupan nyata.

Enam: Transformasi sosial

Kita meyakini Islam bukan sekedar sebagai agama (religion). Islam bukan sekedar sebuah sistem yang penuh dengan amalan-amalan ritual pemuas batin semata. Tapi sebagai “diin” atau sistem dan petunjuk hidup yang sempurna dan menyeluruh. Islam hadir selain sebagai tuntunan hidup individual. Juga sebagai tuntunan kehidupan sosial kolektif (jama’ah).

Pada tataran ini kehidupan sosial yang kita maksud adalah kehidupan yang menyangkut acuan/aturan dalam menjalankan kehidupan pada aspek mu’amalat. Bahwa Islam itu selain hadir menuntun manusia di dalam rumah-rumah ibadah (Masjid-Masjid), di bulan Ramadan atau di bulan lainnya. Islam juga hadir untuk menuntun manusia untuk menjalani hidupnya di pasar, supermarket, hingga di parlemen dan Istana negara.

Sesungguhnya pada aspek mu’amalat inilah nilai “akhlak” (moral behaviors) menjadi sebuah keharusan. Kejujuran dan amanah dalam kehidupan sosial ini menjadi salah satu karakteristik orang-orang yang beriman (lihat S. Al-Mukminun ayat 8). Kejujuran dalam berbisnis menjadi jalan kebaikan dan kemuliaan dunia-akhirat (attaajiru as-shoduuq). Demikian seharusnya Islam menjadi tuntunan dalam menjalankan kehidupan mu’amalat kita.

Pada tataran inilah puasa Ramadan hadir sebagai momen penting untuk melakukan transformasi itu. Melakukan pembenahan kebiasaan dan prilaku mu’amalat ke arah yang lebih benar dan baik. Jika selama ini dalam berbisnis seringkali melakukan “ketidak jujuran” (penipuan) maka bulan Ramadan adalah masa untuk melakukan “self transformation” untuk menjadi pribadi dengan karakter kejujuran, termasuk dalam niaga dan bisnis.

Koneksi rasional antara puasa dan perubahan mendasar atau transformasi sosial ini ada pada esensi puasa: “menahan”. Orang berpuasa berjuang menahan diri dari makan, minum dan hal lain yang membatalkan puasa. Tapi esensinya menahan (imsak) di sini adalah menahan diri dari kecenderungan hawa nafsu yang seringkali tak terkendalikan. Nafsu yang tak terkendalikan inilah yang kemudian berakibat kepada ragam “transgresi” (thoughyaan) dalam kehidupan. Thughyaan ini pulalah yang membawa kepada ragam “kerusakan” (zhaharal fasaadu) dan “penderitaan (jahiim) dalam kehidupan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar