Tidak Tahu Diri

tidak tahu diri
Franz Magnis Suseno
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Persoalannya, apakah politik dan etika merupakan dua dunia berbeda? Apakah politik bisa lepas dari etika dan etika sekadar dibicarkaan tetapi tidak perlu ditegakkan ketika masuk dalam praktik yang tidak kasat mata?

Apakah agama hanya sebatas berbicara tentang relasi vertikal dengan Tuhan dan ingkar pada relasi horizontal antarsesama manusia?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jawabannya tentu saja tidak. Politik perlu dilaksanakan secara profesional tetapi ia memiliki batasdan rambu-rambunya karena tujuan terjauh adalah kesejahteraan umum.

Pada sisi lain, pemuka agama perlu menghargai kewenangan pejabat politik tetapi tentu saja diharapkan agar aneka proses dijalankan dengan mengutamakan kejujuran dan profesionalisme. Itu artinya ketika semuanya berjalan apa adanya, masing-masing harus saling menghormati.

Tetapi ketika etika dikangkangi maka kaum rohaniwan harus berdiri dan mengklaim karena ruang etika yang menjadi tanggungjawabnya telah dimasuki. Mereka harus berteriak dan itulah yang dilakukan Romo Magnis.

Tetapi apakah seruan etis dan perjuangan penegakkan etika harus diwujudkan dengan cara apapun? Sebagai perjuangan memang perlu dilakukan tetapi tidak dalam arti pemaksaan.

Pelanggaran etika tidak sama dengan pelanggaran hukum yang harus dihukum penjara. Tidak.

Seruan etika hanya sebatas mengingatkan. Kalaupun ada sanksi hanya bersifat moral yang hanya mengingatkan bahwa kekuasaan bersifat terbatas dan cepat akan lambat akan disadari, demikian Kardinal Ignas Suharyo ingatkan tentang raja-raja masa lampau yang bila tidak dijalankan dengan baik akan jatuh. Di sana tidak ada keharusan.

Dalam arti ini, tampil di depan untuk memperjuangkan nilai-nilai etika adalah sebuah keharusan dan hal yang dilakukan Romo Magnis Suseno, SJ, patut dijempoli.

Ia telah menghadirkan agama secara benar di ruang publik untuk memperjuangkan etika. Di sana ia justru hadir sebagai nabi yang kalau kita telusuri, hal itu pula yang telah menjadi alasan lahirnya tokoh agama di dunia seperti: Nabi Musa, Siddharta Gautama, Confucius, Krisna, Yesus Kristus, dan Muhammad.

Mereka lahir pada saat agama dikerdilkan sekadar ritual sementara penguasa semau gue mempraktikkan pemerintahan semaunya. Di situlah esensi moral ditegakkan.

Kalau demikian maka apakah Magnis Suseno bisa kita nilai ‘tidak tahu diri’ atau justru pemegang kekuasaanlah yang tidak tahu diri? Tanpa perlu digurui, pembaca semestinya punya otoritas untuk memberikan jawabannya. (*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *