Disway: James Camino

James Camino
Seri catatan perjalanan Dahlan Iskan ke Amerika Serikat.--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sorenya, sepulang dari ruang pengadilan tempat Donald Trump disidangkan, saya bertemu James. Di Queens. Makan malam. Di resto Bamboo –milik wanita alumni St. Louis Surabaya.

Dahlan Iskan bersama Lia di Queens, New York.–

“Hi James. Benarkah itu Anda yang masak? Saya gak percaya. Enak luar biasa”, kata saya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Masak, menciptakan lagu, dan merancang desain arsitektur itu sama. Harus pakai hati,” jawab James.

Sialan. Jawaban itu enak sekali untuk dikutip sebagai direct quotation. Wartawan suka dengan jawaban seperti itu, hanya kadang diabaikan.

Di samping mencipta lagu James Anda sudah tahu: ia seorang arsitek. Masuknya di ITB, lulusnya di Taruma Negara.

Masakan, lagu dan desain arsitektur itu harus saling menyempurnakan. Hilang salah satunya hidup tidak akan lengkap. Itu masih kata-kata James.

“Makanan untuk kenikmatan mulut. Lagu untuk kenikmatan telinga. Desain arsitektur untuk kenikmatan mata,” kata James.

Tapi kenapa suka di dapur?

“Tempat yang paling hangat adalah di dapur,” jawabnya. Saya pun terbahak. Benar sekali. Apalagi di musim dingin.

James pintar masak apa saja. Pun soto. Ketoprak. Gado-gado. Yang belum bisa: rawon. Saya pun ingin menduetkan James dengan istri saya. Suatu saat.

Masak hanya untuk suami istri itu punya kelemahan. Sulit menyiapkan bahan. James hanya berdua dengan istri. Anaknya sudah seperti budaya Amerika: dewasa harus mandiri.

Sang anak sudah 26 tahun. Ganteng. Gagah. Bulan depan akan pindah ke Austin, Texas.

“Kalau pas kangen masakan Indonesia harus cari teman untuk menghabiskannya,” kata James.

Kalau bulan puasa lebih mudah. Bisa ajak teman-teman Muslim berbuka bersama.

Imam Shamsi Ali, tinggal tidak jauh dari rumah James. Shamsi Ali, ulama asal Makassar itu, imam di masjid Jalan Jamaica, Queens.

James lebih sehat dari yang saya bayangkan. Rambutnya tetap panjang, bicaranya lirih, badannya terjaga langsing.

Saya pun ke rumahnya. Khas rumah seniman! Berantakan! Itu karena James baru pulang dari Camino. Selama 10 hari. Bersama Lia dan anaknya. Bagasi dari Camino masih berserakan.

Selama ini begitu banyak tokoh Indonesia yang pilih tidur di tengah kekacauan di rumah James. Kali ini saya. (Dahlan Iskan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *