Skenario Sikap Politik Partai Banteng

Skenario Sikap Politik Partai Banteng
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Namun, skenario 2 akan dibebani relasi Megawati dan Jokowi yang belum pulih. Masuk pemerintahan Prabowo-Gibran akan sangat berat bagi Megawati, sehubungan dengan kritik-kritik dan “amicus curiae”-nya.

Karena relasi Megawati dan Prabowo bertambah baik, bisa saja beban tersebut diabaikan. Namun, saya tak yakin jalan itu akan ditempuh Megawati. Nilai-nilai substantif yang dikukuhi Megawati tak akan menuntunnya untuk mengambil skenario 2.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Titik krusial skenario 2 justru pada relasi Prabowo dan Jokowi. Masuknya Partai Banteng pada pemerintahan Prabowo-Gibran berpotensi mengubah garis relasi Prabowo-Jokowi. Semula garis penuh, bisa berubah putus-putus.

Bagaimana pun, PDI-P adalah partai politik (parpol) terbesar. Prabowo tentu sangat menghitungnya dan berkepentingan.

Sementara itu, Jokowi kelak hanya “mantan presiden”. Meski punya Gibran yang wakil presiden, Jokowi akan kehilangan pengaruh tanpa parpol yang juga besar.

Di sisi lain, skenario 2 tentu saja akan mengecewakan pendukung PDI-P. Megawati dan PDI-P akan dicela publik. Ternyata, ujung-ujungnya pragmatis juga.

Dari sisi demokrasi, skenario 2 juga negatif. Masuknya PDI-P ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran akan melemahkan fungsi pengawasan dan kritik konstruktif parlemen. Bisa-bisa parlemen hanya akan menjadi stempel pemerintah belaka.

Sekarang skenario 3. PDI-P tetap di luar pemerintahan, tapi berbeda dengan skenario 1. Di skenario 3 tak diperoleh kesepahaman dari komunikasi politik terkait peran di luar pemerintahan antara pihak PDI-P dan Prabowo.

Prabowo tak memperoleh jaminan komitmen dari PDI-P. Faktanya, sampai sekarang Prabowo belum berhasil bertemu Megawati.

Garis relasi antara Megawati dan Prabowo berubah. Bukan lagi garis penuh, apalagi menebal, melainkan garis putus-putus.

Skenario 3 potensial menghasilkan kegaduhan politik. Isu perubahan UU MD3 akan menghangat kembali. Hak PDI-P memimpin parlemen bisa terancam. Sebagaimana 2014, PDI-P gagal memimpin parlemen, meski memenangi pemilu legislatif.

Namun, skenario 3 ini memberikan peran yang optimal bagi partai asuhan Megawati untuk menjalankan fungsi oposisi sebagaimana pernah terjadi pada 2004-2014. Tentu positif dari sudut demokrasi. Kontrol parlemen terhadap pemerintah akan lebih efektif.

Skenario 4 paling tidak realistis untuk saat ini. Skenario 4 menempatkan PDI-P di luar pemerintahan, dari pola relasi yang membaik antara Megawati dan Jokowi. Sementara itu, relasi antara Prabowo dan Jokowi justru memburuk.

Meski tak ada yang tak mungkin di politik, hingga saat ini masih susah membayangkan relasi Megawati-Jokowi membaik dan Prabowo-Jokowi memburuk.

Meski Puan Maharani dan Jokowi sempat bertemu dan saling melempar senyum saat menghadiri gala dinner World Water Forum di Garuda Wisnu Kencana, Badung, Bali (Kompas.com, 19/05/2024).

Skenario-skenario di atas bersifat dugaan dari interpretasi pola relasi Megawati, Prabowo, dan Jokowi. Yang terjadi di lapangan tentu saja jauh lebih rumit dan dinamis.

Jika ternyata Rakernas PDI-P nanti hanya menampung masukan, belum membuat keputusan, menunjukkan betapa rumit dinamika di internal Partai Banteng.

Boleh jadi kerumitan itu pula yang menghalangi presiden terpilih, Prabowo Subianto, bertemu Megawati. Kita tunggu saja perkembangannya.

Sumber: kompas

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *