Disway: Juri Oat

Juri Oat
Ilustrasi oatmeal--


banner 800x800

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dahlan Iskan

Hajinews.co.id – John kelihatan sedih. HP di tangannya. Itu hari ketiga saya tinggal di rumahnya. Tidak lagi di rumah lamanya di Hays. Ia sudah pindah. Masih di Kansas tapi sudah jauh  lebih ke timur: Lawrence.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Setelah istrinya pensiun sebagai dosen bahasa Spanyol ia pilih tinggal satu kota dengan anak-anak dan cucunya.

Pagi itu saya baru selesai senam satu jam. Sendirian. Di teras lantai dua.

Rumah John Mohn di atas bukit. Pun tidak dari teras, sudah bisa melihat perumahan dengan lebih banyak taman dan pohonnya di perbukitan yang lebih rendah.

“Ada apa kelihatan sedih John?”

“Saya dapat panggilan dari pengadilan”.

“Kenapa?”

“Untuk jadi juri di pengadilan”.

“Kapan?”

“Pagi ini wawancara”.

“Jadi jurinya kapan?”

“Biasanya langsung setelah wawancara. Mungkin nanti sore”.

“Kenapa kelihatan sedih?”

“Saya tidak bisa menemani Anda. Tiap hari saya harus ke pengadilan. Biasanya sepanjang hari.”

“Seandainya saya tidak di sini apakah ditunjuk jadi juri itu senang?”

“Biasa saja. Tidak senang tidak juga sedih. Saya kan sudah tidak bekerja lagi.”

“Saya ikut. Ingin tahu.”

“Mungkin tidak boleh ikut masuk.”

“Gak apa-apa. Di luar saja juga gak masalah”.

Saya pun bergegas bikin oatmeal. Yang quick cook. Bukan yang instan. Tiga sendok. Pakai tepak tanpa tutup. Saya tuangi susu yang cukup. Tidak pakai tambahan air. Hanya itu.

Tepak saya masukkan microwave. Pertama 30 detik. Lalu 30 detik lagi. Tidak langsung satu menit agar didihnya tidak sampai tumpah.

Saya ambil juga tomat. Tiga buah. Saya masukkan tepak bertutup. Dimasukkan microwave satu menit. Kalau tepak tidak ditutup ledakan tomatnya bikin microwave kotor. Itulah yang terjadi di hari pertama. Letusan tomat ke mana-mana.

Di Surabaya tomat itu dikukus oleh istri. Di Lawrence harus masak sendiri.

Saya sudah akrab dengan sistem dapur Amerika. Pun di mana saja alat-alat dapurnya diletakkan: piring, sendok, wajan tevlon, sotil, entong. Susunannya rapi. Tetap di situ. Sejak di rumah John yang di Evanville, Indiana, di rumah Hays maupun di Lawrence ini.

Cara bagaimana menghidupkan kompor listrik juga bisa. Kompor itu besar. Tombolnya banyak. Sekaligus ada digital air fryer-nya. Juga sekaligus sebagai oven besar. John selalu bikin roti di oven besar itu. Pakai ‘wajan’ tebal, wajan warisan yang sudah berumur 150 tahun.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *