Hajinews.id — Peneliti dan mantan direktur LP3ES, Kuswanto, MS, menyebutkan ada dua problem pokok soal posisi Pancasila di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Kuswanto dalam DISKUSI PUBLIK SPACE TWITTER – FORUM EKONOMI POLITIK DIDIK J RACHBINI “PANCASILA, AGAMA DAN IDEOLOGI” pada Rabu, 17 November 2021 malam.
“Pertama, Posisioning Pancasila dalam konteks ketika dasar negara tersebut lahir terkait eksistensi ideologi dan keyakinan agama beserta sistem nilai yang terdapat di dalamnya, dan pasti sudah dipahami secara jelas oleh para pengikutnya yang notabene adalah bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Soal intepretasi Pancasila harus bisa dijelaskan dan dipahami oleh para founding father terhadap bagian terbesar rakyat beragama,” Kata Kuswanto.
Ia pun menerangkan jika sampai sekarangpun semestinya pemahaman dan penyamaan posisioning Pancasila harus selalu dilakukan dengan dialog-dialog yang dialogis dan tidak menuruti ego sektoral kekuasaan dalam penafsiran tunggal Pancasila.
Menurutnya, ketika memasuki fase posisioning tersebut, kemungkinan terdapat 3 kelompok yang bersikap yakni, 1. Mereka yang tidak paham lalu mengambil jalan kontra produktif misalnya melakukan resistensi masif dan lain-lain. 2. Mereka yang paham tetapi sebenarnya tidak menyetujui. 3. Mereka yang tidak mau tahu, tetapi memanfaatkan posisinya untuk menghantam kelompok yang dianggap berseberangan.
“Kedua, Persoalan aktualisasi pengamalan nilai-nilai Pancasila seharusnya bisa mandiri dan tidak bercampur aduk dengan sistem nilai yang terdapat pada agama-agama. Karena, Pancasila pasti tidak punya sistem nilai yang lengkap dan menyeluruh seperti yang dimiliki oleh agama-agama. Dalam penafsiran Pancasila, agama pasti kembali pada sistem nilai tersendiri yang dimilikinya. Dan itu harus dimoderasi secara baik oleh para pemuka agama,” pungkas Kuswanto.