Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Hajinews.id – Tugas kita hanyalah berjuang, bukan untuk menghadirkan kemenangan. Berharap menang itu boleh, menjalankan sebab untuk meraihnya adalah perintah, tapi berjuang hanya untuk menang itu salah.
Berapa banyak pejuang kebenaran, berguguran di gelap dan pekatnya malam kedzaliman. Tanpa pernah melihat terbitnya fajar kemenangan.
Tugas kita hanya berjuang, bukan untuk bisa mengalahkan kebatilan. Karena kalahnya kebatilan terkadang bukan di tangan superheronya kebenaran.
Musa yang berjuang menghadapi Fir’aun dengan berbekal mukjizat. Namun, kematian si tiran bukanlah di ujung tongkatnya yang luar biasa, tapi air lautan yang mengakhiri kecongkakan Fir’aun dengan menenggelamkannya.
Ibrahim dengan segala keberaniannya menghadapi Namrud, tapi binasanya si durjana bukan oleh mukjizat Ibrahim, tapi justru oleh sebab sekor nyamuk yang masuk ke tubuhnya.
Ketika pasukan ahzab mengepung Madinah, bukan pedang dan ujung tombak sahabat yang mengusir pasukan sekutu tersebut, namun angin puting beliung yang memporak – porandakan mereka.
Begitulah, seorang mukmin boleh jadi bukanlah seorang pemenang, tapi dia pasti adalah salah satu dari pejuang kebenaran.
Karena perjuangan itu lebih penting dari kemenangan. Berlari-larinya ummu Ismail lebih berharga dari air yang ditemukannya. Karena bila hasil perjuangannya menjadi zamzam yang berkah, maka perjuangannya menjadi sai yang jauh lebih indah karena bernilai ibadah.
Badar lebih agung dari fathul Makkah, kekalahan di Uhud lebih baik dari kemenangan Mu’tah. Karena kesungguhan jihad meski kalah, masih tetap lebih baik dari tumpukan ghanimah.
Semoga bermanfaat.