Din Syamsuddin Hadiri Konferensi Toleransi di Abu Dhabi

Din Syamsuddin saat menghadiri Konferensi Toleransi di Abu Dhabi. (Foto: Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sejak 9 Desember 2019 berada di Abu Dhabi untuk menghadiri konferensi tentang toleransi bertajuk: “Toleransi, Dari Kemungkinan kepada Keniscayaan”.

Konferensi ini merupakan yang keenam yang diselenggarakan oleh Forum Promosi Perdamaian dalam Masyarakat Islam yang dipimpin oleh Syaikh Abdullah Bin Bayyah, seorang ulama terkemuka di dunia dewasa ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Konferensi dihadiri oleh sekitar 300 tokoh berbagai agama dari berbagai negara. Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin, hadir pula Prof. Amany Lubis (Rektor UIN Jakarta), Prof. Amal Fathullah Zarkasyi (Rektor Unida Gontor), Prof. Khuzaimah Y Tanggo (Rektor IIQ),  KH. Abdullah Jaidi (Ketua MUI), dan Dr. Zaitunah (Dosen UIN Jakarta).

Dalam konferensi dibahas beberapa aspek dari pengembangan budaya toleransi dalam kehidupan masyarakat majemuk, seperti formulasi baru toleransi, etika toleransi, peluang bagi perdamaian, dan Aliansi Keutamaan. Yang terakhir merupakan tajuk dari Deklarasi Washington yang disepakati pada konferensi 2018 lalu.

Aliansi Keutamaan merupakan upaya mengangkat nilai-nilai keutamaan dari berbagai agama untuk ditampilkan sebagai lingkaran kebenaran. Lingkaran Keutamaan diharapkan dapat menggantikan Lingkaran Setan yang melilit peradaban dunia dewasa ini.

Din Syamsuddin menyambut baik percakapan tentang toleransi ini dan menganggapnya sebagai pilar kehidupan dunia yang majemuk. Menurut Din Syamsuddin, pengembangan kemajemukan menuntut beberapa prasyarat, yaitu pertama, pengakuan akan kemajemukan, kedua, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai, ketiga, toleransi, dan keempat, kerja sama.

Toleransi, lanjut Din Syamsuddin, adalah sikap dan pandangan mengakui bahwa di antara anasir masyarakat majemuk ada persamaan dan ada perbedaan. “Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai tenggang rasa terhadap perbedaan itu,” tegasnya.

Konferensi tentang toleransi di Abu Dhabi, menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan. “Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan maka toleransi merupakan prasyarat mutlak,” kata Din Syamsuddin.

Dengan demikian,lanjut dia, toleransi bukan sekadar kemungkinan tapi adalah keniscayaan. Namun, Din Syamsuddin mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran.

Din Syamsuddin menjelaskan, klaim sepihak yang bersifat subyektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada. “Tuduhan sepihak seperti itu sering muncul sebagai bermotif politik, dan dengan demikian sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi.”

Menurut Din, daripada mengembangkan pendekatan bernada fobia demikian, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. “Jika ada masalah di antara kelompok-kelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog. Dialog adalah cara bermartabat untuk mengatasi persoalan yang ada,” tuturnya.

Dari Abu Dhabi, Din Syamsuddin sebagai Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) melanjutkan perjalanan ke New York untuk menghadiri Pertemuan Para Tokoh Agama-agama Dunia yang diselenggarakan oleh Religions for Peace. Pada pertemuan itu Din Syamsuddin menjadi moderator pada sesi tentang peran agama dalam menanggulangi krisis lingkungan hidup. (rah)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *