Harley-Davidson Bos Jiwasraya: Cocok Buat Ngebut dan Gaya Anak Muda

Mantan Direktur Investasi PT Asuransi Jiwasraya Hary Prasetyo berpose di atas motor Harley Davidson. (Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



YOGYAKARTA, hajinews.id – Di tengah geger perkara gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero),  publik ikut menyorot gaya hidup beberapa bos Jiwasraya yang gemar mengkoleksi motor gede alias moge. Seperti sorotan pada bekas Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo yang sedang asyik mejeng bersama Harley-Davidson jenis Fat Boy.

Foto Hary menunggangi Harley yang banyak beredar di media sosial itu menjadi sorotan menyusul terkuaknya dugaan korupsi pengelolaan keuangan dan dana investasi yang disinyalir menjadi penyebab BUMN itu gagal membayar polis nasabahnya senilai belasan triliun rupiah.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Harley Davidson Fat Boy yang ditunggangi Hary bukanlah seri motor langka atau klasik yang jadi buruan kolektor walau harganya cukup ‘berbunyi’.

Pengurus Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) DI Yogyakarta Eka Wiyandi menyebutkan, Fat Boy itu termasuk Harley modern yang diproduksi sekitar tahun 2000-2006 yang pangsa pasarnya kebanyakan anak muda.

Eka merinci, Fat Boy merupakan jajaran motor dengan mesin cukup garang 1.700 cc dan berkarakter bandel sehingga memang lebih cocok untuk anak muda yang memikirkan faktor kecepatan. “Untuk tarikannya di jalanan Fat Boy memang enak banget, cocoknya untuk anak anak muda,” ucap Eka, Selasa (31/12/2019).

Disinggung soal pasaran Fat Boy yang barunya disebut tembus di harga miliaran rupiah, Eka mengungkapkan saat ini kondisi bekasnya saja bisa mencapai hampir setengah miliar rupiah dengan catatan surat-suratnya lengkap. “Kalau harga Harley itu tetap melihat kondisi. Kalau memang bagus, masih orisinil, surat lengkap bisa sampai Rp 400 jutaan,” kata dia.

Dari sejumlah lansiran produk Harley Davidson dari tahun tahun muda, Fat Boy menurut Eka termasuk jajaran Harley di kasta menengah atau medium. Fat Boy bukanlah seri termurah tapi juga bukan yang termahal.

Sebab di atas Fat Boy masih banyak berjajar seri Harley khususnya tipe-tipe spesial touring. Seperti Harley Davidson Ultra atau Street Glide. Sedangkan seri-seri di bawah Fat Boy seperti tip- tipe Sportster. “Populasi Fat Boy juga banyak di Indonesia, gampang ditemui, walau sekarang sudah berhenti produksinya,”  kata Eka.

Adapun dari sisi kemewahannya, di mata Eka, hampir seluruh seri Harley memiliki sisi prestisiusnya sendiri. Hanya saja untuk Fat Boy ini lebih mewakili prestisiusnya anak muda. Terlebih jika sudah dipoles dengan sejumlah modifikasi seperti knalpot, velg, dan atribut lainnya agar tampak lebih ganteng.

“Jadi yang masih suka speed, semua itu sudah diwakili sama Fat Boy, motornya juga nggak terlalu berat bawaannya seperti tipe-tipe touring yang ada tudungnya,” kata dia.

Eka menjelaskan bahwa ketika seri Fat Boy mulai diproduksi dan dipasarkan, kala itu distribusinya di Indonesia masih ditangani oleh Mabua. Setelah itu pemasaran Harley saat ini dipegang oleh Anak Elang selaku dealer resminya.

Sementara dari sisi perawatannya, seri Fat Boy juga terbilang lebih mudah karena termasuk Harley modern. Beda dengan seri klasik atau di bawah tahun 1980-an. “Hanya saja kalau namanya onderdil Harley ya nggak ada yang murah, baik keluaran baru atau lama,” tutur Eka. (rah/tempo)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *