Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Alami Kelainan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: hipwee)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 mengalami anomali atau kelainan. Menurut dia, anomali yang terjadi cenderung ke arah positif. Sebab, dengan anomali tersebut Indonesia  justru mampu mempertahankan pertumbuhan di kisaran 5 persen di tengah kondisi ekonomi global yang sedang lesu.

Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat ekonomi dalam negeri  tumbuh 5,02 persen pada sepanjang 2019 kemarin. Realisasi pertumbuhan itu merosot dibandingkan 2018 yang masih bisa tumbuh sebesar 5,17 persen. “Cerita atau kisah dari Indonesia ini adalah anomali dari gambaran global. Karena, pertumbuhan ekonomi kita mencatatkan angka 5 persen. Ini historis bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sri Mulyani mencermati pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang sektor konsumsi dalam negeri. Karenanya, ia menyatakan pemerintah akan mempertahankan dan melanjutkan kebijakan yang mendorong konsumsi sebagai penopang pertumbuhan ekonomi.

“Kebijakan yang perlu dipertahankan adalah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang mendukung pada penciptaan lapangan kerja dan menuntaskan kemiskinan,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Adapun pertumbuhan ekonomi global, sambung Sri Mulyani, cenderung lesu sepanjang 2019, salah satu pemicunya, perang dagang.

Sebelumnya, sejumlah lembaga keuangan internasional merevisi turun pertumbuhan ekonomi global. Sebut saja, Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia hingga 0,3 persen pada 2019.

Pertumbuhan ekonomi global sebelumnya diproyeksikan menyentuh 2,9 persen. Namun, laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2019 memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi hanya 2,6 persen.

Sri Mulyani menyebut banyak negara ‘kehabisan amunisi’ dan kekurangan strategi dalam menghadapi pelemahan ekonomi global.  Kondisi tersebut terefleksi dari kebijakan negara yang kurang akomodatif terhadap kondisi pelemahan ekonomi global.

“Pada 2019, menciptakan pertumbuhan paling lemah salah satunya karena negara kehabisan strategi dalam menghadapi pelemahan ekonomi global dan ini mengkhawatirkan,” tutur Sri Mulyani.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pernah ditargetkan oleh Presiden Jokowi Widodo bisa mencapai 7% gagal. Jangankan ekonomi tumbuh 7%, untuk keluar dari rata-rata 5% saja masih sulit sampai sekarang. Target pertumbuhan ekonomi kini meleset lagi. Tahun 2019 pemerintah memprediksi ekonomi tumbuh 5,3%, nyatanya hanya bisa tumbuh 5,02% saja.

Apalagi, pertumbuhan ekonomi 2019 ini juga lebih rendah dibandingkan 2018 yang sebesar 5,17%. “Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,02% untuk the whole year,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Gedung BPS Jakarta, Rabu (5/2/2020).

Suhariyanto menjelaskan angka 5,02% ini hasil akumulasi dari pertumbuhan ekonomi empat kuartal tahun 2019, dengan tren selalu menurun. Pada kuartal I 2019, ekonomi Indonesia tumbuh 5,07%. Kuartal II melemah jadi 5,05%, kuartal III sebesar 5,02%, dan kuartal IV jatuh ke posisi 4,97%.

Menurut Suhariyanto, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 berada dalam tren yang tidak baik disebabkan tekanan ekonomi global. “Ini (pertumbuhan ekonomi) situasinya enggak gampang. Jadi secara kumulatif hanya tumbuh 5,02%,” terang Suhariyanto. (rah/ berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *