Petani Muda Bali Raup Omzet Rp 100 Miliar Lewat Marketplace Digital

(Foto: Kementan)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id –  Para petani milenial asal Bali membuat terobosan besar dengan berinovasi melalui marketplace pertanian. Inovasi ini dilakukan sebagai cara distribusi hasil produksi pertanian agar sampai ke tangan konsumen dengan lebih tepat sasaran.

Salah satu upaya untuk menggenjot sektor pertanian adalah dengan menaikkan tingkat produksi pertanian dalam negeri hingga mampu menjadi produsen ekspor. Namun, usaha yang harus dilakukan tak hanya cukup dengan menaikkan hasil produksi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Para pelaku industri pertanian juga harus memperhatikan cara distribusi hasil produksi agar sampai ke tangan konsumen. Berangkat dari situ, kemudian para petani milenial asal Bali berinovasi dengan marketplace pertanian.

Marketplace pertanian tersebut diberi nama BOS Fresh Retail. Sementara, aplikasi untuk bertani disebut Farmer Apps. Keduanya dikelola oleh komunitas petani muda asal Bali, yaitu Petani Muda Keren (PMK).

“Sekarang kita bertani menggunakan aplikasi namanya Farmer App, untuk menjualnya kami menggunakan BOS Fresh Retail, dan untuk pendanaan kami ada namanya nabung tani untuk membantu petani yang tidak punya biaya,” kata Ketua Komunitas Petani Muda Keren (PMK) Agung Weda seperti dikutip dari laman Kementerian Pertanian RI, baru-baru ini.

Melalui Bali Organik Subak (BOS), kata Agung, pihaknya sudah mengekspor manggis dari tahun 2018 dan menjadi yang terbesar di Bali untuk volume, bahkan nilai ekspornya hampir menyentuh angka Rp 100 miliar.

“Nilai ekspor manggis tahun lalu hampir Rp 100 miliar dengan volume 850 ton. Untuk komoditas lain yang sudah kita ekspor ada sawo, alpukat, dan mangga. Untuk mangga kita sudah ekspor ke Singapura,” terang Agung yang juga pemiliki Owner Bos.

Menurut Agung, tahun ini ia sudah memiliki 1.500 ton mangga yang siap ekspor dan ada 300 ton yang sudah akan dikirim untuk ke Vietnam. Selain mangga, ada rambutan yang lebih dulu dieskpor ke Timur Tengah.

“Kita juga sedang mengembangkan alpukat khas, alpukat aligator, ada varian mentega. Untuk alpukat sendiri kita sudah kirim ke Kamboja. Di pasar lokal pun peminatnya juga banyak sekali,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Sukam Pawardi mengatakan, saat ini pertanian Indonesia sudah memiliki sistem canggih dengan kehadiran Agriculture War Room (AWR) dan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) yang bisa berjalan beriringan dengan BOS.

Ia menilai, AWR dan Kostrtani akan berhasil dan diakui perannya oleh masyarakat jika mengetahui apa yang harus diperbuat oleh petani sesuai permintaan pasar.

“BOS ini kan perusahaan swasta dan tidak mungkin berkebun sendiri, harus dikoneksikan dengan petani-petani yang diedukasi oleh kawan-kawan dari Kostratani. Sehingga kawan penyuluh di Kostratani harus akrab dengan BOS,” katanya.

“BOS ini sebuah perusahaan yang dikelola anak muda berbasis IT dan dia paham sekali dengan pasar. Inilah yang harus dipahami oleh setiap pengusaha baik muda atau apapun lainnya, sehingga ia bisa menyiapkan produk sesuai dengan kemauan pasar,” jelasnya. (rah/kementan)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *