Perang Melawan Covid-19 Tanpa Lokasi Vs “Preventive Measure and Action”

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Masrifan Djamil*

Di Jawa Tengah, ada 5 Kabupaten masih belum ada deteksi positif covid-19 yaitu: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Grobogan. Bukan berarti tidak ada kasus covid-19 disana, karena azas penyakit menular, yang terdeteksi adalah PUNCAK GUNUNG ES saja. Di dalamnya es yang tenggelam, tidak tampak di permukaan, bisa puluhan kali atau ratusan kali besarnya dibanding puncaknya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Berapa kasus di Kota Semarang? Berdasar relase sebuah surat kabar, Kota Semarang ditemukan 16 PDP (pasien dalam pengawasan) & 3 positif covid-19. Dimana lokasi pasien covid-19 positif ataupun meninggal di Semarang? Belum/tak ada keterangan resmi. Maka tak ada kejelasan masyarakat dimana harus apa. Ini kebijakan dan langkah yang merugikan pemberantasan dan pencegahan covid-19. Serba “blinded”.

Puskesmas sebagai lembaga pelaksana kegiatan Primary Health Care dan Promosi Kesehatan (dulu disebut Penyuluhan Kesehatan Masyarakat untuk menggerakkan Pembangunan Kesehatan Masyarakat atau PKMD) guna pencegahan (preventif), kurang atau tak dirasakan masyarakat kehadirannya. Tidak terdengar menonjol gerakan edukasi dan pengembangan partisipasi masyarakat. Tugas pokok Puskesmas bukan penyelenggaraan Klinik BPJS saja.

DKI lebih maju, telah mempunyai update kasus per Kelurahan, sehingga semakin jelas, masyarakat dimana harus berbuat apa. Petugas kecamatan / Puskesmas setempat mungkin menindak lanjuti dengan edukasi, seminimal mungkin kontak langsung. Via medsos atau penyebaran brosur.

Oleh karena itu, bagi anggota masyarakat di mana saja di di daerah dimana update kasus covid-19 tanpa disertai LOKASI, lebih baik lakukan tindakan pencegahan semaksimal mungkin masing-masing pribadi dan keluarga. Langkah yang paling baik adalah ISOLASI DIRI DI DALAM RUMAH, hanya Kepala Keluarga keluar untuk membeli sembako. Persoalan akan pelik bagi keluarga yang tanpa tabungan, hasil harian untuk makan hari ini. Bagi kelompok ini,  negara lah yang akan menyelesaikannya saat krisis wabah ini.

Contoh peta lokasi kasus dengan warna. Masih terlalu umum (satu Kabupaten/Kota). Perlu lokasi yang detil sampai ke kelurahan. Peta kelurahan di-breakdown lagi per RT. Maka masyarakat akan terbimbing untuk pencegahan dan pemberantasan lebih eefektif.

LANGKAH PREVENTIF YANG TERUKUR UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT

Di Semarang kasusnya banyak, tetapi kita tidak tahu lokasinya. Ini KLB karena sebelumnya NOL KASUS, atau sudah wabah, bagian dari pandemi dunia. Maka TAK ADA KEPERLUANNYA ATAU ALASAN MERAHASIAKAN LOKASI KASUS POSITIF COVID-19, untuk kepentingan langkah pencegahan sesuai ilmu epidemiologi dan KESEHATAN MASYAKARAT. Sakit covid-9 bukankah bukan aib? Mengapa dirahasiakan sekedar lokasinya saja.

Padahal fakta-fakta yang pasti tentang virus korona baru (secara ilmiah disebut SARS-CoV-2) penyebab covid-19 sungguh membahayakan warga yang sehat sebagai berikut:

(1). Kasus (orang) positif covid-12 atau ODP/PDP kontak dekat dan jauh dengan banyak orang, pergi ke beberapa tempat, pasti sedang terus dilacak, tetapi kita, rakyat tidak tahu, sehingga tidak bisa berpartisipasi secara spesifik;

(2) orang yang pernah kontak dengan pasien (kasus) positif/ODP/PDP bisa sehat2 saja, disebut CARRIER, potensial menyebarkan virus korona baru kemana-mana. Diapun / merekapun tidak menyadarinya. Andapun tidak tahu apakah Anda termasuk yang terpapar atau tidak bukan?;

(3) Virus korona baru ( SARS-CoV-2) mampu bertahan hidup dalam droplets (percikan ludah/dahak/ingus) melayang di udara selama 3 jam (the New England Journal of Medicine – https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2004973?query=featured_home), satu droplet mengandung ribuan virus, banyak yang terpapar tanpa sadar — karena virus tidak kasad mata;

(4) Virus korona baru mampu bertahan hidup di material kardus 24 jam, di permukaan plastik dan stainless steel 72 jam atau 3 hari, di materi tembaga virus tidak tumbuh atau cepat mati. Disuhu yang lebih tinggi dan kelembaban tinggi virus lebih cepat mati  (the New England Journal of Medicine – https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2004973?query=featured_home). Dimanakah mereka itu berapa, Anda pun pasti tak tahu kan?;

Penelitian itu valid karena dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Hamilton, MT; US CDC dan sudah dipublikasi di the New England Journal of Medicine (bisa dibuka di alamat url di atas).

(5) Virus korona bisa mati dengan air sabun, sanitizer yang mengandung alkohol 62-71% atau antiseptik lain, bleaching untuk rumah tangga atau sinar matahari langsung (berbagai sumber, WHO, Kemenkes dll). Kecuali virus yang ada di dlm tubuh manusia, mau dijemur berjam-jam virus tidak mati, tetapi malah manusianya pingsan, penelitian itu konteksnya bukan menjemur manusianya.

LAKUKAN SAJA LANGKAH PENCEGAHAN PRIBADI DAN KELUARGAMU

Jadi, jangan banyak debat, lakukan langkah terukur untuk MEMBLOKADE JALAN MASUK VIRUS KE DLM TUBUH ANDA/KITA (ini disebut memutus rantai penularan) dengan cara sbb:

(1) memakai masker kalau terpaksa anda di keramaian atau banyak kontak dengan manusia (misal Jum’atan, di gereja, di Bus, di KA, di Pesawat dll, apalagi hanya ada aliran udara AC – tidak ada yang langsung udara luar, dan tidak ada sinar matahari);

(2) banyak cuci tangan memakai sabun dan air. Dalam situasi tertentu, setelah naik mobil atau kendaraan, gunakan hand sanitizer (sudah langka, pemerintah tak sanggup atasi pedagang nakal dalam situasi kirits);

(3) Tidak usah salaman atau cipika cipiki dulu, pelukan, tetapi salam tangan dari jauh saja;

(4) Social distancing – jaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain di luar rumah;

(5) Bila masuk rumah, cuci tangan dulu baru ketemu keluarga; Bagi tenaga kesehatan khususnya medis, miliklah RUANG DEKONTAMINASI, pulang kerja masuk ke sana, ganti baju, cuci tangan, masuk kamar mandi – mandi junub dulu dengan sabun yang tuntas, baru ketemu keluarga.

(6) Langkah yang paling baik dan efektif ya TINGGAL DI RUMAH SAJA dan jaga kontak dengan orang lain jika ada tamu.

 (7) kerjasama anggota / tokoh masyarakat untuk identifikasi ODP dan menolong kasus yang simpel untuk ke RS atau isolasi di rumah, dengan pengawasan Puskesmas setempat.

APA TUGAS NEGARA DAN PEMERINTAH?

(8) Tugas pemerintah melindungi warga negaranya, Pejabat melindungi rakyatnya, BLOKADE VIRUS DAN PENDERITANYA JANGAN SAMPAI KONTAK DENGAN ORANG SEHAT dengan KARANTINA WILAYAH ATAU LOCK DOWN ATAU APALAH NAMANYA RAKYAT TIDAK PEDULI, yang penting mereka selamat dan sehat, lalu melanjutkan hidup dengan normal sukur-sukur bahagia sejahtera.

(9) Sembari mengedukasi terus masyarakat, via medsos atau radio, TV (jangan banyak canda lah sekarang ini di TV dan Radio FM. Apa untungnya sih? Di waktu canda OK lah, di waktu krisis SERIUS DIKIT KENAPA?). Mengedarkan selebaran-selebaran di konsentrasi orang yang masih berkumpul dengan santai karena tidak tahu masalahnya.

(10) Meyediakan stock persediakan makanan dan minuman dan kebutuhan dasar lain selama blokade itu. Pemerintah membolehkan orang keluar rumah bagi petugas khusus yang urgent – misal pegawai RS dengan APD super – bukan abal2-, pegawai toko bahan pokok (sembako), pegawai telekomunikasi, dll dengan kartu khusus dan APD yang memadai.

(11) Untuk law enforcement (Penguatan hukum) harus dilakukan seperti suasana perang, banyak polisi dan tentara dangan minim senjata awalnya. Kalau pada “ndableg” ya harus dengan penampilan perang, senjata terhunus, untuk menertibkan yang tidak mau “social distancing dan isolasi diri”.

(12) Advokasi kepada ulama/ahli agama/dai yang banyak penggemar, tetapi menyuarakan kalimat-kalimat yang berlawanan dengan konsep pencegahan covid-19 dengan alasan “Takut kepada Allah, jangan kepada virus. Bekerja saja seperti biasa”. “Masjid tempat berlindung kepada Allah bagi umat, jangan dilarang ke masjid”, dll ungkapan negatif terhadap pemberantasan dan pencegahan covid-19, dengan MUSYAWARAH ULAMA SECEPATNYA (as soon as possble – ASAP). MUI, DEWAN MASJID INDONESIA, IPHI, NU, MUHAMMADIYAH DIAJAK UNTUK MENGUMPULKAN ULAMA UNTUK MENYAMAKAN PEMAHAMAN DAN GERAKAN ITU.

(13) Monitoring dan evaluasi, melibatkan banyak pihak, para pakar di PT, para aktivis LSM bidang kesehatan dan wartawan tokoh masyarakat, ulama dll dengan ONLINE (Webinar dll).

Tanpa kebijakan dan langkah-langkah integral dan komprehensif seperti itu, pemerintah dan masyarakat akan panen kasus, panen (maaf) kematian karena covid-19. Maka pemerintah akan kewalahan, karena RS penuh, test kit yang dibeli akan habis, obat belum jelas ada, vaksin NOL, stock makanan warga habis, produktivitas nol, ekonomi dan bisnis slow down, kepanikan melanda dimana-mana, dll maka akan teradi CHAOS yang membahayakan semua pihak.

Beter late than never. Ayo mulai sekarang. Sering ada ungkapan: “Bersama kita bisa”. Kita buktikan kenyataannya sekarang.

*Masrifan Djamil adalah doktor ilmu kedokteran, dokter, pakar kesehatan masyarakat dan manajemen RS. Bekerja di Kemenkes sebagai dosen Poltekkes Kemenkes Semarang. Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Jawa Tengah, Anggota Kolegium Dokter Indonesia PB IDI. Katua Dep Litbang PP IPHI.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *