Apakah Kamu Positif Cyberchondria?

Ilustrasi penyebaran virus corona dari China ke berbagai negara di dunia. (Foto/istockphoto)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hariqo*

Pernahkah kamu merasa sakit?. Kemudian mencari informasi terkait yang kamu rasakan itu di internet.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Selain berita, kamu juga membaca kesaksian di forum online dan kolom komentar berbagai tulisan. Mengkonsumsi banyak konten menakutkan, yang ujung-ujungnya membujukmu membeli sebuah obat.

Hingga akhirnya kamu cemas, susah konsentrasi dan tidur, merasa hidupmu tak lama lagi.

Inilah yang disebut para ahli dengan Cyberchondria, semacam gangguan kejiwaan akibat terus-terusan memakan berbagai informasi kesehatan di internet.

Professor Susan Krauss dari University of Massachusetts Amherst menyebut lima ciri utama Cyberchondria. Di antaranya mencari informasi tentang penyakit 1 hingga 2 jam sehari, namun informasi yang didapat justru membuat yang bersangkutan cemas. Sumber: psychologytoday(dot)com.

Saya pernah mengalami Cyberchondria. Namun bukan saya yang sakit, tapi mama saya. Tahun 2011, beliau telpon dan mengabarkan mengidap kanker payudara.

Saya tertekan, menangis. Pastilah anak mana yang tidak sedih mamanya sakit. Tiap waktu saya cari informasi pengobatan di internet. Alhamdulillah saya menemukan artikel di website CCRC Farmasi UGM, dijelaskan sari buah merah dapat menyembuhkan kanker payudara. Saya konsultasikan ke adik saya yang kuliah Fakultas Ilmu Keperawatan UI.

Kemudian saya ke Papua mencari buah merah. Seorang kawan bernama Martin menembus hutan mencarinya. Besoknya Martin membawa 3 liter sari buah merah dengan jeriken.

Setelah lebih kurang enam bulan, mama saya sembuh, selain minum buah merah, beliau juga ke dokter dan terapi. Alhamdulillah.

Nah, sekarang bagaimana mencegah cyberchondria terkait corona, atau mencegah kecemasan berlebihan setelah menelan banyak informasi corona di medsos dan WAG.

Pertama, konsultasikan dengan dokter dan psikolog. Sekarang banyak sekali layanan gratis. Di twitter ada dokter Agustina Lestari (@anakmecin), dr.@YolaYuniaarti, dr. @farhanzubedii, dr. @DiancaOetama, dr. @shabrinas, dr. @ayutyas, dr. @anggie19, dr @ibrahimdhrmwn, dr. @AqshaAzhary, @Rachmalya, dll. Di instagram ada @dr_tompi, dll.

Cara menemukannya gampang, ketik “konsultasi corona” atau “konsultasi covid” di kolom pencarian media sosial atau mesin pencari. Beberapa organisasi psikolog juga sudah menurunkan relawan.

Di antaranya Himpunan Psikologi Indonesia dan Ikatan Psikolog Klinis, kedua organisasi ini menyebarkan ratusan nomor ponsel psikolognya, dengan layanan konsultasi mulai pukul 06.00 – 21.00 WIB, semuanya gratis.

Kedua, jangan mudah percaya pada video, poster, tulisan atau konten apapun yang tidak jelas sumbernya. Banyak orang dan organisasi membuat poster, infografis tanpa mencantumkan sumber. Kita juga jangan menyebarkan konten tak bertuan. Baca media yang jelas susunan redaksi dan alamat kantornya. Pastikan benar sumber informasinya terverifikasi.

Ketiga, Cari informasi pembanding, atau tunda melakukan informasi yang Anda dapatkan di internet. Konsultasikan dengan keluarga dan ahlinya.

Keempat, buka situs resmi pemerintah pusat covid19(dot)go(dot)id, untuk yang di Jakarta: corona(dot)Jakarta(dot)go(dot)id dan daerahmu masing-masing. Pengelola website Tanggap Covid 19 ini juga harus siaga 24 jam mengupdate berbagai perkembangan.

Kelima, ikuti semua imbauan seperti tidak keluar rumah, selalu cuci tangan, menjaga jarak, mandi, ganti pakaian jika dari luar, pakai masker, olahraga ringan dan makan minum yang sehat serta jangan lupa berpikiran positif. Kemudian berdoa maksimal.

Setop sementara politik, fokus kemanusiaan. #BersamaCegahCorona

* pengamat media sosial dari Komunikonten, penulis buku seni mengelola tim media sosial. Bukan dokter, bukan psikolog.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *