Firaun: Penguasa Anti Kritik dan Tukang Ancam Rakyat

Mumi Raja Tutankhamun, seorang firaun abad 18. (Foto: Kementerian Barang Antik Mesir)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Ahmad Sastra, Dosen Filsafat Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

“Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaranbagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami” (QS Yunus : 92).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Alquran mengabadikan kisah Nabi Musa dan Firaun paling banyak dibandingkan dengan kisah para Nabi dan Rasul lainnya. Kisah Nabi Musa dan Firaun memang seolah mewakili semua kisah para nabi sebelum dan sesudahnya. Dakwah Nabi Musa yang harus dihadapkan dengan diktatorisme kekuasaan fir’aun telah menjadi pelajaran bagi kisah-kisah berikutnya.

Firaun adalah contoh sempurna bagi puncak kediktatoran dan kesombongan manusia yang memiliki tahta, harta dan pengikutnya. Ketiganya telah menjadikan Firaun mengaku dirinya sebagai tuhan yang harus disembah. Siapapun yang tidak tunduk, maka akan ditakut-takuti dengan ancaman siksa dan penjara. Inilah salah satu sifat fir’aun yang dikisahkan dalam Alquran, yakni anti kritik dan selalu mengancam dan menakut-nakuti rakyat.

Firaun adalah penguasa yang anti kritik dan anti dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Musa. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya: “Kemudian sesudah Rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa”  (QS Yunus : 75).

Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: “Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata”. Musa berkata: “Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?” padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan” (QS Yunus : 76-77).

Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua” (QS Yunus : 78).

Kediktatoran Firaun disempurnakan oleh perilaku yang selalu mengancam rakyat yang dianggap berbeda. Firaun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan” (QS Asy Syu’araa : 29).

Firaun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai (QS Asy Syu’araa : 34). Firaun berkata: “Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya” (QS Asy Syu’araa : 49).

“Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, selain keturunan kaumnya dalam keadaan takut bahwa Firaun dan para pemuka (kaum) nya akan menyiksa mereka. Dan sungguh fir’aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi, dan benar-benar termasuk orang yang melampaui batas” (QS Yunus : 83).

Firaun selalu membanggakan kekuasaan yang dimilikinya dan menolak dakwah yang disampaikan oleh Nabi Musa sebagai utusan Allah. Dakwah Islam yang disampaikan Musa selalu menjadi bahan olok-olok dan tertawaan Firaun. Firaun dengan sombongnya tetap mempertahankan kekufurannya, meski Nabi Musa memperlihatkan mu’jizat. Firuan bahkan menuduh Musa sebagai orang gila.

Maka, Firaun itu pada setiap perilakunya, tindakannya, dan kelakuannya tidak jauh dari arogan, kejam dan tanpa aturan. Firaun itu pembawa virus kekufuran yang harus dibersihkan, buah busuk yang harus ditanggalkan dari rantingnya dan jiwa terlaknat yang harus dicabut dari tubuhnya.

Dengan kekuasaannya, Firaun selalu membanggakan bahwa dirinya telah membangun insfrastruktur dan seluruh harta kekayaannya. Firaun juga membanggakan sungai Nil yang ada dalam genggaman dirinya. Firaun merendahkan Musa karena di tangan Musa tidak ada gelang dan perhiasan apapun.

Secara psikologis, kekuasaan dan harta telah mendorong jiwa Firaun kehilangan kendali dan menjelma menjadi manusia rakus, sombong, zalim dan pemecah belah rakyat. Firaun telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan dirinya sendiri dan kelompoknya.

Keangkuhan, kesombongan dan arogansi adalah watak yang dibenci oleh Allah. Ketiganya merupakan penyakit kejiwaan yang seringkali menyerang penguasa. Psikologi abnormal ini, selain bisa merusak dirinya sendiri juga bisa merusak orang lain dan kehidupan yang lebih luas. Sebab kesombongan biasanya diiringi oleh kezaliman yang diharamkan oleh Allah.

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diriKu dan Aku menjadikan haram diantara kalian. Oleh karena itu, janganlah kalian saling menzalimi” (Hadis Qudsi riwayat Muslim).

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (QS 16 : 23). “Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu” (QS 67 : 29). “Kemuliaan adalah kainku dan kesombongan itu adalah surbanku. Oleh karena itu, siapa saja yang merubut dariKu, Aku pasti akan menyisanya” (Hadis Qudsi Riwayat Muslim).

“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sekali-kali kamu tidak akan bisa menembus bumi dan kamu sekali-kali tidak akan bisa setinggi gunung” (QS 17 : 37).

Psikologi Firaun bisa saja terjadi pada setiap kekuasaan jika tidak diimbangi oleh pemahaman agama yang baik. Ketiadaan orang yang memberikan nasihat juga akan menjadikan kekuasaan sebagai sumber kesombongan.

Maka tidak mengherankan jika di zaman modern ini tumbuh subur Firaun-Firaun kecil yang juga berlaku sombong, congkak, zalim dan memecah belah rakyat disebabkan kekuasaan dan harta. Meski tidak mengaku sebagai tuhan, namun Firaun-Firaun kecil era modern memiliki kesamaan sikap dengan Firaun, bahkan tidak jarang lebih Firaun dibanding Firaun dulu.

Firaun juga dikelilingi oleh para pembisik jahat. Allah berfirman : “Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Firaun (kepada Firaun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?”. Firaun menjawab: “Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka” (QS Al A’raf : 127).

(Kota Hujan, 06/05/20 : 17.40 WIB)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *