Ada yang Aneh dengan Penjualan Ventilator

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



HAJINEWS.ID – Sebagai praktisi bisnis yang pernah menggeluti bidang alat-alat kesehatan, Muhammad Sirod memiliki jaringan cukup luas terkait barang-barang Covid-19. Walaupun beberapa item seperti masker, rapid test, PCR (Polymerase Chain Reaction) test terbilang baru ia ketahui, tetapi alat seperti ventilator telah ia kenal luas. Beberapa merk terkenal seperti Phillips, Penlon, Maquet sampai merek China seperti Mindray telah ia kenal sebelumnya.

Prediksinya, penjualan ventilator akan tinggi di saat pasien yang positif terkena Corona berada di tingkat tertinggi (prediksi pengamat di pertengahan Mei). Maka Sirod pun mengontak grup bisnisnya yang bergerak dalam keagenan alat-alat kesehatan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sesuai prosedur Kemenkes dan BNPB bahwa izin edar alat-alat kesehatan terkait covid19 dapat dilakukan setiba barang-barang impor itu tiba di Jakarta, maka ia pun bergerak memasarkan beberapa tipe ventilator dari China yang dianggap memiliki kemampuan baik, layanan purna jual terpercaya dan range harga yang variatif.

Tidak semua ventilator cocok digunakan untuk pasien covid, karena yang dibutuhkan adalah ventilator yang bisa invasive dan harganya di atas 500 juta rata-rata.

Hari berganti hari, permintaan akan rapid test, masker bahkan kantung mayat berseliweran meningkat, tetapi tidak ada yang meminta secara massive PCR (swab/wipe test) apalagi ventilator. Ada sekitar 6 permintaan mesin ventilator di awal-awal tetapi tidak satupun yang berlanjut ke penjualan.

Ada satu grup rumah sakit swasta yang jejaringnya tersebar secara nasional telah membeli dua unit ventilator merk Mindray dan itu pun tidak berlanjut bertambah, karena Sirod sendiri mengetahui brand ini telah kehabisan stok-nya di Indonesia.

Data-data rendahnya permintaan PCR test dan Ventilator ini baginya menjadi pertanyaan besar tentang kesiapan negeri ini menghadapi lonjakan pasien covid19, karena yang di negara-negara maju seperti italy penanganan pasien covid yang membludak justru terjadi di rumah sakit- rumah sakit (sampai keluar ruangan), tertampung oleh jumlah bed dan dokter tetapi tidak tertangani karena minimnya ventilator.

Atau di Jerman, mereka mengeluarkan prosedur memilih pasien kritis yang memungkinkan sembuh sehingga berhak ditangani terlebih dahulu dibanding pasien kritis yang tidak memungkinkan diselamatkan.

Tentu diharapkan bantuan Presiden Amerika Donald Trump melalui presiden Jokowi benar-benar terealisasi dan juga inisiatif-inisiatif universitas dari ITB, ITS misalnya yang mengembangkan prototipe-prototipe ventilator telah menutupi kelangkaan kebutuhan ini.

Tetapi Sirod sendiri tidak yakin akan hal ini karena satu produk medical devices sangat rumit untuk diimplementasikan untuk manusia apalagi diproduksi massal. Ia pun masih mencari tahu apa yang terjadi, dan berharap ada pihak yang jujur mau menjelaskannya karena PSBB (kebijakan semi-lockdown) telah mulai dilonggarkan dan Pemerintah pusat telah mengambil langkah persiapan tatanan baru beradaptasi (new normal) dalam beberapa hari ke depan.

(Muhammad Sirod/wh)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *