Komunis itu Isme,  Bukan Dien

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Komunis itu Isme,  Bukan Dien

Oleh : Abdurrahman Lubis, Pemerhati Keislaman

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Megawati  memang betul nenek-nenek, ia tak tahu mana yang Isme, mana yang Dien. Kebanyakan di antara kita pun tak tahu itu. Kita tak tahu,  apa itu partai komunis,  apa itu komunis. Partai Komunis (di Indonesia tambah huruf I),  itu, Mega tak mau “keliru”, misalnya mengatakan Islam itu baik, agama yang diridhoi Allah, Islamlah agama yang  menyelamatkan manusia dunia-akhirat. Siapa memeluk dan mengamalkan Islam, pasti menyelamatkan dirinya  dari azab Allah SWT.   Mega,  orang-orang PDIP, orang yang sejalan alur fikirnya dengan mereka, tak mungkin ngomong seperti itu. Bukan seperti Musa AS yang “cedal”, diperintahkan untuk bicara besar di hadapan Fir’aun.

Ia,  sesungguhnya,  tak punya kemampuan apa-apa karena lidahnya cedal, tapi ketidak mampuannya tak dijadikan “isme”, buktinya ia tetap berusaha memenuhinya.  Musa As tak melihat isi perintah,  tapi dari mana datang perintah. Musa As berdoa,  “Ya Rabb lapangkan dadaku, mudahkan urusanku,  lancarkan lisanku berbicara agar mereka faham”.
Kalau Mega dan orang-orang PDIP,  selanjutnya mereka yang menyembah selain Allah,  pasti ngomong yang sebaliknya. Misalnya, mereka pasang Pancasila jadi Trisila.

Atau setidaknya mereka jadikan Pancasila sebagai “tameng” untuk menutupi “kedunguan” mereka agar terhijab kebenaran Islam. Dengan memasukkan “anti Khilafah”, itu, artinya mereka anti terhadap masa depan. Khilafah itu masa depan umat manusia,  yang pasti adil dan ada jaminan masuk Surga. Sedang komunis itu terlaknat karena anti Tuhan dan pasti masuk neraka. Khilafah itu ada karena memang harus ada,  itulah Sistemnya Allah SWT. Khilafah bersifat global, tak bergantung satu negara, tanpa pilpres,  tanpa pilkada,  tanpa kotak suara. Khilafah langsung dipimpin oleh Muhammad bin Abdullah (keturunan ke 12 dari Hasan bin Ali bin Ali bin Abi Thalib), alias Al Mahdi alias  al Muntazhor (yang ditunggu tunggu).

Al Mahdi,  dengan sifat kepemimpinan nubuwwah dan khilafah-nya,  mengetahui dan mengenal siapa yang menjadi pengikut, tentera dan pasukannya. Tidak melalui catatan, register dan administrasi.

Merekalah 7 golongan masuk surga tanpa hisab,

Pertama,  anak muda yang hatinya senantiasa bergantung di mesjid,

Kedua,  lelaki yang suka berjuang di jalan Allah dari satu negeri ke negeri lain.

Ketiga,  pedagang yang jujur (tak mengurangi timbangan/ukuran, tak makan riba).

Keempat,  pemimpin yang adil tak dzolim dan tak memakai ayat kursi utk mendapatkan kursi.

Kelima,  Lelaki digoda wanita tapi ia mengatakan, “Aku takut kepada Allah”, dan tidak jadi perzinaan.

Keenam,  wanita sholehah.  Dan

Ketujuh,  seseorang yang senantiasa berzikir kepada Allah SWT.

Sedangkan,  selain yang tujuh golongan,  adalah pengikut Dajjal. Pertama,  Wanita pada umumnya.
Kedua,  Ulama Su’ (ulama jahat, catatan : Nabi SAW bersabda, “Ada yang lebih Aku takuti daripada Dajjal,  yaitu ulama Su’).
Ketiga,  Orang-orang hebat dunia. Raja-raja,  gubernur, pejabat, orang kaya,  orang terkenal, dll.
Dari total penduduk dunia;7,594 miliar (data 2018).
Tertinggi,  3 besar adalah

  1. Tiongkok, 1.403.690.
  2. India 1.360.710.
  3. Amerika Serikat, 333.470.000.

Di antaranya Islam  1,8 miliar(24%).  Sunni (80-90%, sekitar 1,5 miliar), Syiah (10-20%, sekitar 170-340 juta).
Dari muslim Sunni yang 1.5 milyar,  disaring lagi untuk 7 golongan masuk surga tanpa hisab,  lebih kurang 10 persennya,  dilihat dari jumlah muslim yang istiqomah solat berjemaah. Hanya 150 juta tentera Almahdi yang akan memerangi pasukan Dajjal,  yang 6.594.000. orang.

Badar Jilid Dua:

Inilah kisah perang Badar “jilid dua”. Sikecil melawan yang besar tapi Si kecil dimenangkan Allah.
Adapun yang dimaksud khilafah adalah  persiapan umat untuk menjadi pasukan Almahdi. Bukan persiapan kepemimpinan, tapi kesiapan iman dan amal sehingga menjadi bagian dari 7 golongan masuk surga tanpa hisab.

Misalnya,  Maulana Saad DB, di India, keturunan ke 36 dari Abu Bakar as Siddiq RA akan membawa jamaahnya menjadi pasukan al Mahdi, bahkan kakek buyutnya,  Maulana Ilyas Rahmatullah alaihi sudah mulai sejak 1920, 100 tahun silam.
Sementara Imam Besar Habib Rizieq Shihab, keturunan ke 38 dari Rasulullah SAW.

Dilihat dari perjuangan dan sepak terjangnya, insya Allah membawa pasukan ke al Mahdi.   Dari bukti-bukti, tak syak lagi,  Dajjal dan pengikutnya (komunis, Leninis,  Marxis,  Syiah, Ahmadiyah, Islam Liberal, Yahudi,  Nashoro,  as Shobi’iin, dll.).
Kecuali mereka taubat sebelum mati. Kalau tidak, akan mati konyol dan masuk neraka,  meski pada awal peperangan mereka kelihatan euphoria (mabuk) kemenangan.

Sebelum terjadi perang sengit Al Mahdi-Dajjal, Allah SWT menurunkan 30 Dajjal kecil,  manusia biasa yang kerjanya merusak iman kaum muslimin, agar berebut harta, pangkat dan wanita,  sehingga mereka ikut Dajjal dan lupa perjuangan.
Setelah itu Allah SWT mengirim dua Malaikat membawa Isa bin Maryam, dari langit pertama ke Palestin,  Ia bertugas menghancurkan salib,  membunuh babi dan memancung leher Dajjal.

Janji Allah:

Padahal akan terjadi,  berupa janji-janji Allah SWT, itu,  lebih pasti dari APBN, dari pinjaman luar negeri, dari harta benda yang mereka tumpuk dengan cara tidak halal,  merampok uang rakyat,  korupsi,  ambil aset negara,  jual beli bangsa dan negara ke asing dan aseng.

Mereka tak percaya yang pasti itu akhirat,  yang fana (binasa) itu dunia. Adalah “isme” atau kepahaman mereka sudah seperti itu. Budaya (budi dan daya) hasil kreasi manusia,  adat,  tradisi, mereka jadikan agama. Bagi mereka hidup hanya di dunia,  oleh karenanya habis-habisan untuk dunia. Mereka tak percaya akhirat sebelum mengalami sendiri. Jadi, mereka mengigau, “tampakkan dulu akhirat baru kami yakin akhirat itu ada”.

Bagi mereka masa depan adalah pensiun,  makanya tumpuk harta benda menjelang pensiun.
Bagaimanapun, bukan PKI nya yang penting (bahaya).  PKI kan cuma lembaga formal,  tapi “isme” komunis itu yang sudah menjadi “sifat”.  Menjadi satu paham, itu pasti bertentangan dengan akidah Islam,  karena pada hakekatnya latar belakang  “isme” komunis, apakah yang dibawa oleh Lenin, Karl Mark, Mao Tse Tung, atau “mencangkok” dari PK lokal di negeri tertentu, sawaa’un alaihim,  podo mawon. Ibarat virus,  “komunisme” lebih berbahaya dari Corona… !

Karena dalam komunisme,  ada kebencian, dendam, hasad,  keras kepala,  mau menang sendiri, mau hidup sendiri, kalau lemah iri hati terhadap nikmat orang lain, kalau kuasa dzolim.
Memandang lawan politik adalah musuh.

Anehnya, kepahaman yang salah mereka budayakan,  sedang budaya jadi agama.
Alquran bicara:  “Allah tak mengutus Muhammad kecuali untuk seluruh manusia”,   bukan untuk orang Arab saja,
makanya setiap orang nabinya adalah Muhammad SAW.

Tiada yang disembah kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah.
Jadi digandengkan dengan Allah SWT  yang harus diimani.
Mereka tak mungkin mau mengimani, bahkan kalau perlu mereka mencaci maki.
Misalnya ajaran Islam itu tak sesuai Pancasila,  ortodoks, tak sesuai dengan kondisi Indonesia.
Apa-apa dibenturkan dan mereka harus ngomong seperti itu.

Kita tak usah menyalahkan   memang mereka maqom-nya di situ.  Memang mereka anti Tuhan.
Anti Tuhan itu otomatis Anti Islam karena Islam itu adalah Dien sesungguhnya, yang diakui di sisi Allah SWT.
Selainnya tak diterima.

Maka, gonjang-ganjing tentang definisi Pancasila, bagi Islam tak begitu penting, karena Islam jauh lebih dulu lahir dan jauh lebih menyeluruh dan jauh lebih total dan jauh lebih mencakup.
Atmosfer keislaman  bukan hanya di dunia tapi di akhirat.

Dengan Islam kita selamat dunia akhirat.
Kehidupan kita ini fana tapi di akhirat Abadi.
Sedang Pancasila,  Trisila dan entah apa lagi julukannya, hanya untuk dunia.
Nah, tinggal pilih sebelum terlambat.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *