Din Syamsuddin: Dengan Agama Pancasila Tegak, Tanpa Agama Pancasila Retak

Din Syamsuddin. (Ist)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, hajinews.id – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menekankan para pemuka agama di Indonesia telah sepakat bahwa Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai agama.

“Saya kira prespektif para pemuka agama dari musyawarah besar pemuka agama untuk kerukunan bangsa itu, bahwa Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai agama, adalah pengakuan teologis, bahwa di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai agama, semua agama,” kata Din Syamsuddin.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pernyataan tersebut disampaikan Din Syamsuddin ketika menjadi moderator di acara diskusi online bertajuk “Kesepakatan MBPA-UKB 2018: Pancasila Sebagai Kristalisasi Nilai-Nilai Agama” yang diselenggarakan oleh Inter Religious Council Indonesia (IRC-Indonesia), Selasa (30/6/2020).

Tokoh Muhammadiyah itu melanjutkan bahwa masing-masing agama melakukan klaim tersebut. “Kalau di kalangan muslim kan Pancasila itu mengandung nilai-nilai Islami, mungkin kawan-kawan Kristen Kristiani, berdasarkan Hindu, Budha, Konghucu dan seterusnya,” jelas Din Syamsuddin.

Dia menilai hal tersebut merupakan sesuatu yang bagus sehingga dengan begitu Pancasila akan tegak jika dengan agama. “Dalam kaitan itulah kita berpendapat dan saya sering sampaikan dengan agama Pancasila akan tegak, tanpa agama Pancasila akan retak,” tegas Din Syamsuddin.

Lebih lanjut Din Syamsuddin menyatakan bahwa mempertahankan Pancasila merupakan kewajiban pemeluk agama untuk menjaga sekuatnya dari berbagai upaya untuk memberikan tafsir lain. “Oleh karena itulah kewajiban pemeluk agama untuk mempertahankan Pancasila, menjaganya sekuat-kuatnya dari berbagai upaya untuk memberikan tafsir lain, apalagi yang bersifat reduksionis, menyempitkan Pancasila,” ujarnya.

Din Syamsuddin mencermati masalah utama saat ini adalah bahwa Pancasila belum diamalkan, baik secara individu maupun secara kolektif berkelompok masyarakat. “Masalah kita pada pengamalan Pancasila itu sendiri, baik secara individu, secara kolektif dalam hidup berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk pengamalan Pancasila oleh negara,” jelasnya.

Kemudian dia juga menilai tidak perlu ada negara agama lantaran Pancasila sudah menghargai agama dan mengandung nilai-nilai agama. “Kita minta tak perlu ada lagi tawaran-tawaran dasar negara lain, termasuk yang berdasarkan agama, apapun istilahnya. Tidak perlu ada negara agama, karena Pancasila itu sendiri sudah menghargai agama dan mengandung nilai-nilai agama, itulah pengamalan yang paling jelas,” ujar Din Syamsuddin menekankan.

Di acara yang sama, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Marsudi Syuhud menegaskan komitmen NU terhadap Pancasila yang telah disepakati saat ini sehingga warga Nahdliyin wajib menjaga konsensus bangsa tersebut. “Kewajiban kita adalah menjaganya,” kata Marsudi.

Dia mengatakan memang Pancasila tidak sempurna tetapi bukan berarti harus dirobohkan dan ditinggalkan begitu saja, termasuk mereduksinya dengan upaya-upaya yang nampak belakangan ini.

Menurut dia, Pancasila menjadi alat untuk menyatukan teks-teks agama dan praktik sosial yang sesuai dengan karakter Indonesia yang sangat beragam. NU, tegas Marsudi, memiliki sejarah dalam perumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945. Versi Pancasila sebelumnya tidak disepakati oleh elemen-elemen bangsa sebagaimana Piagam Jakarta. (rah/berbagai sumber)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *