Sombong & Meremehkan Dosa

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



SOMBONG & MEREMEHKAN DOSA

Saudaraku,
Al-Imam Ibnul Qayyim – رَحِمَهُ اللّٰهُ berkata:

« قال أحد السلف:إن العبد ليعمل الذنب يدخل به الجنة ويعمل الحسنة يدخل بها النار قالوا : كيف ؟
قال : يعمل الذنب فلا يزال نصب عينيه منه مشفقا وجلا باكيا نادما مستحيا من ربه تعالى ناكس الرأس بين يديه منكسر القلب له فيكون ذلك الذنب أنفع له من طاعات كثيرة بما ترتب عليه من هذه الأمور التي بها سعادة العبد وفلاحه حتى يكون ذلك الذنب سبب دخوله الجنة .
ويفعل الحسنة فلا يزال يمن بها على ربه ويتكبر بها ويرى نفسه ويعجب بها ويستطيل بها ويقول فعلت وفعلت فيورثه من العجب والكبر والفخر والاستطالة ما يكون سبب هلاكه …”.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

[الوابل الصيب (ص11)].

“Berkata sebagian salaf: sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengamalkan suatu dosa yang dapat memasukkan dia ke dalam jannah (surga) dan mengamalkan suatu kebaikan yang dapat memasukkan dia dengannya ke dalam neraka, mereka bertanya: bagaimana bisa?

Dia menjawab: dia mengamalkan suatu dosa dan dosa tersebut terus menerus terbayang di hadapan kedua matanya, karenanya dia menjadi takut, ngeri, menangis, menyesal, dan malu kepada Rabb-nya ta’ala, menundukkan kepala di hadapan-Nya, terluka hatinya karena itu sehingga dosanya itu menjadi bermanfaat baginya daripada ketaatan-ketaatan yang banyak dari apa yang menyebabkan perkara-perkara ini terjadi padanya yang dengannya menjadi sebab kebahagian seorang hamba dan keberuntungannya hingga dosanya itu menjadi sebab masuknya dia ke dalam jannah.

Dan orang yang melakukan suatu kebaikan sehingga dia terus mengungkit-ungkit kebaikannya itu atas nama Rabb-nya, menjadi sombong dengannya, melihat dirinya dan berbangga diri dengannya, merasa tinggi dengannya, mengatakan: aku telah berbuat dan aku telah berbuat sehingga mewariskan sikap ujub (bangga diri), sombong, congkak, merasa lebih yang itu menjadi sebab kebinasaannya” (Al-Wabil As-Shayyib, hlm. 11).

Saudaraku,
Janganlah sekali-kali kita sombong dan meremehkan perbuatan dosa, sekalipun itu dosa kecil. Karena dosa kecil pun bisa menjadi dosa besar jika dilakukan karena sebab-sebab berikut. Kita perlu mengetahui hal ini agar kita tidak menganggap remeh suatu dosa…

Pertama: Dosa kecil tersebut sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan terus menerus.

Terdapat sebuah hadits yang maknanya shahih

لاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الاِسْتِغْفَارِ وَ لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الإِصْرَارِ

“Tidak ada dosa besar jika dihapus dengan istighfar (meminta ampun pada Allah) dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.”

Kalau dosa besar sudah ditaubati, maka janganlah diikuti dengan dosa lainnya yang semisal, begitu pula janganlah diteruskan dengan dosa-dosa kecil.

Kedua: Dosa bisa dianggap besar di sisi Allah jika seorang hamba menganggap remeh dosa tersebut. Oleh karenanya, jika seorang hamba menganggap besar suatu dosa, maka dosa itu akan kecil di sisi Allah. Sedangkan jika seorang hamba menggaggap kecil (remeh) suatu dosa, maka dosa itu akan dianggap besar di sisi Allah. Dari sinilah jika seseorang mengganggap besar suatu dosa, maka ia akan segera lari dari dosa dan betul-betul membencinya.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ

“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6492).

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ

“Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6493).

Bilal bin Sa’ad rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau melihat kecilnya suatu dosa, namun hendaklah engkau melihat siapa yang engkau durhakai.”

Ketiga: Memamerkan suatu dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافَاةٌ إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنَ الإِجْهَارِ أَنْ يَعْمَلَ الْعَبْدُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحُ قَدْ سَتَرَهُ رَبُّهُ فَيَقُولُ يَا فُلاَنُ قَدْ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ فَيَبِيتُ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

“Setiap umatku akan diampuni kecuali orang yang melakukan jahr. Di antara bentuk melakukan jahr adalah seseorang di malam hari melakukan maksiat, namun di pagi harinya (padahal telah Allah tutupi), ia sendiri yang bercerita, “Wahai fulan, aku semalam telah melakukan maksiat ini dan itu.” Padahal semalam Allah telah tutupi maksiat yang ia lakukan, namun di pagi harinya ia sendiri yang membuka ‘aib-‘aibnya yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 2990, dari Abu Hurairah).

Keempat: Dosa tersebut dilakukan oleh seorang alim yang dia menjadi panutan bagi yang lain.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017)

Saudaraku,
Sehingga bagi seorang alim yang menjadi panutan lainnya, hendaknya ia meninggalkan dosa dan menyembunyikan dosa jika ia terlanjur melakukannya.

Sebagaimana dosa seorang alim bisa berlipat-lipat jika ada yang mengikuti melakukan dosa tersebut, maka begitu pula dengan kebaikan yang ia lakukan. Jika kebaikan tersebut diikuti orang lain, maka pahalamu akan semakin berlipat untuknya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6308).

(Disarikan dari penjelasan Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm. 242, terbitan Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, 1426 H).

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bertaubat, mohon ampunan atas segala dosa dan tetap tawadhu’ atas amalan kebaikan yang kita lakukan untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

Wallahua’lam bishawab

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *