Wakil Ketua MPR: Negara Harus Hadir Lawan Penyakit Pikun

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat (Foto: MPR RI)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, Hajinews.id – Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyatakan negara harus hadir dalam penanganan penyakit Demensia Alzheimer saat menerima audiensi secara virtual, pengurus Alzheimer Indonesia, Selasa (25/8/2020).

Secara umum, Demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi emosi, daya ingat, dan pengambilan keputusan seseorang, atau biasa disebut pikun.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Yang saat ini diperlukan untuk menangani penyakit Demensia Alzheimer di Indonesia bukan semata kita mengenali penyakitnya, tetapi lebih dari itu, negara harus benar-benar hadir lewat sejumlah kebijakan yang bisa mengatasi penyakit Demensia Alzheimer di Indonesia secara menyeluruh,” kata Rerie, sapaan Lestari, dalam rilis yang diterima di Jakarta.

Menurut Rerie, ada sejumlah kebijakan terkait penanganan penderita penyakit Demensia Alzheimer belum bisa diterapkan karena menanti niat baik dari Pemerintah.

Ia mendengar hal itu dari Pendiri Alzheimer Indonesia, DY Suharya saat bercerita tentang Ketua Pembina Alzheimer Indonesia Eva Sabdono yang bertamu ke Komnas HAM untuk memperjuangkan hak pelayanan kesehatan bagi para lansia yang rawan terkena Demensia Alzheimer.

Alzheimer Indonesia, ujar Suharya, juga sudah bertemu Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan sejumlah kementerian lembaga membahas penanganan dan perawatan para lansia agar bisa mandiri dan bermartabat di masa tua.

Tetapi hingga saat ini, realisasi sejumlah kebijakan yang dibahas tersebut dengan mengacu pada tujuh rencana aksi global dunia belum membuahkan hasil yang berkelanjutan dan terintegrasi.

Rerie menilai, mungkin itu terjadi karena penyakit Demensia Alzheimer di Indonesia belum banyak dipahami oleh masyarakat.

“Padahal, di Indonesia diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang dengan Demensia (ODD) pada 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta orang di 2030 dan 4 juta orang pada 2050,” kata Wakil Ketua MPR RI yang membidangi Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah itu.

Dengan estimasi ODD 1,2 juta di Indonesia, perkiraan total kerugian ekonomi keluarga yang terkena Demensia Alzheimer mencapai 2,2 milyar dolar AS.

Kerugian ekonomi itu, menurut Rerie, disebabkan hilangnya penghasilan bagi ODD, biaya caregivers yang merawat dan mendampingi penderita demensia, serta tingginya biaya yang dikeluarkan untuk mengurus ODD, serta biaya obat-obatan yang harus dikeluarkan.

Mengingat besarnya ancaman tersebut, menurut Rerie, kepedulian masyarakat terhadap penyakit Demensia Alzheimer harus ditingkatkan sejak dini.

Data Alzheimer’s Disease International, World Health Organization 2017 menyebutkan ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun.

“Jangan sampai masyarakat salah memperlakukan penderita Demensia Alzheimer. Perlakuan salah terhadap penderita bisa memperparah kondisi kejiwaan penderita,” ujar Legislator Partai NasDem itu. (rah/ant)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar