Happy, Healthy, Wealthy : Gus Baha’ Sentil Umat yang Malas

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Happy, Healthy, Wealthy : Gus Baha’ Sentil Umat yang Malas

Oleh: Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

“Malas itu masuk daftar hitamnya nabi. Makanya sampai di-isti’adzahi. Mohon perlindungan agar dijaga dari sifat malas. Allahumma inni ‘audzubika minal ‘ajzi wal kasal. Aku berlindung kepada Allah dari sifat lemah dan malas,” kata Gus Baha‘. Kiai muda NU yang bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini mengatakan penyebab kemunduran umat dikarenakan sifat malas ini.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA Narukan, Kragan, Rembang ini, memberikan resep rahasia sukses dalam bisnis apa pun. “Coro wong kuno esuk-esuk lungo nang pasar, selak rejekine dipangan pitik (Kata orang kuno dulu, pagi-pagi cepat pergi ke pasar, nanti rejekinya kedahuluan dimakan ayam),” kata Kiai yang videonya viral ini.

Ulama yang menggemari baju putih di setiap ceramahnya ini memaksudkan pengibaratannya itu seperti ini: Kalau kita malas menguasai pasar, maka pasar sudah kedahuluan dikuasai yang lain. “Sekarang sudah kelihatan ratusan bahkan ribuan triliun dikuasai oleh pengusaha Tionghoa. Orang Islam jadi kaum buruh, kaum pengemis,” katanya.

Apa penyebabnya? “Dari dosa yang tak besar-besar amat, yaitu malas. Makanya Nabi sampai memasukkan ke dalam daftar hitam. Kita ini kalau disuruh kukur-kukur (garuk-garuk), disuruh kongkow-kongkow betahnya luar biasa,” katanya.

“Kata ulama dulu,” lanjut kiai kelahiran Sarang Rembang 15 Maret 1970 ini, “perusak dari segala perusak adalah sifat menganggur.”

Gus Baha’ mengaku senang ketika Partai Islam seperti PKS muncul dan langsung berkembang. “Itu bagus untuk membangunkan partai-partai Islam yang malas melakukan penggalangan, melakukan dinamika dan seterusnya. Tapi, anehnya, setelah PKS besar dituduh Wahabi. Itu namanya kalah jurus, menang nuduh. Tak peduli bener atau tidak, yang penting pokoke,” katanya.

Persis seperti yang dilakukan kepada pengusaha Tionghoa. “Setelah ekonominya kalah. Ramai-ramai bilang revolusi antiChina. Tak perlu revolusi, kalau kita rajin, tidak malas, kita pasti bisa,” katanya.

Apa yang perlu dilakukan? “Buang jauh sifat malas. Bikin sentra-sentra poduksi di kampung-kampung. Dulu kita bikin minyak kelapa sendiri. Bikin sentra kopra sendiri. Lah, sekarang kita kok malas marut kelapa. Akibatnya, ya kita tergantung dengan industri minyak yang dikuasai pengusaha Tionghoa. Begitu juga tepungnnya. Dulu, ketika kita mau bikin tepung, ndeplok (menumbuk) sendiri dari beras. Lha sekarang malas, ya tepungnya dikuasai pengusaha Tionghoa. Mau bikin pisang goreng atau jajanan apa pun, tepungnya beli,” katanya.

Tak hanya Gus Baha’ yang mengingatkan penyakit malas ini. Juga Syech Syakib Arsalan dalam bukunya Limadza ta akharal muslimun, walimadza taqoddama ghoiruhum (Versi Bahasa Indonesianya diterjemahkan dengan: Mengapa Umat Islam Mundur, dan Umat selain Islam Maju). Ulama Libanon itu mengatakan bahwa kelemahan umat Islam tidak mempraktikkan kitab sucinya. “Qur’an surat al Muslimun ayat 3 memerintahkan kita agar tidak melakukan perbuatan dan perkataan yang sia-sia. Jika kita amalkan mestinya kita sangat tinggi etos kerjanya. Karena hal itu diperintahkan oleh Allah lewat kitab sucinya,” kata ulama Libanon ini.

Semoga kita tidak termasuk salah satu yang disentil Gus Baha’ dan Syech Syakib Arsalan. Aamiin.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar