Bank Dunia: Sepertiga Rumah Tangga Indonesia Kurang Makan

Bank dunia Indonesia kurang makan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id,- Bank Dunia memproyeksi lebih dari sepertiga rumah tangga di Indonesia makan lebih sedikit dari biasanya karena kekurangan uang dan sumber daya lain. Alasan lainnya, yakni kehabisan makanan.

Survei lanjutan Bank Dunia menunjukkan proporsi rumah tangga yang menghadapi kekurangan pangan telah turun antara Mei atau awal Juni 2020. Namin, lebih dari seperempat rumah tangga dilaporkan masih kekurangan makanan. “Kerawanan pangan dapat didorong oleh hilangnya pendapatannya,” tulis Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Matto, dalam laporan bertajuk Ekonomi Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober 2020, dikutip Selasa (29/9/2020).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Untuk pertumbuhan ekonomi RI sepanjang tahun, Bank Dunia memprediksi minus 1,6%. Dalam skenario terburuk, bahkan kontraksinya hingga ke level minus 2%.

Proyeksi ini sama persis dengan yang disampaikan kebanyakan ekonom di dalam negeri, seiring dengan masuknya RI ke fase resesi pada kuartal ketiga. Padahal, pada Juli 2020, Bank Dunia memandang ekonomi RI masih lumayan aman di posisi 0%. “Pemulihan perekonomian, umumnya terkait dengan seberapa efisien penyakit (covid-19) diatasi dan bagaimana negara-negara yang terpapar mengatasi guncangan eksternal,” imbuhnya.

Untuk 2021, Bank Dunia memproyeksi, perekonomian Indonesia berpeluang pulih dengan pertumbuhan 4,4%. Namun, apabila skenario yang terburuk adalah perekonomian 2021 tumbuh maksimal 3%.

Menurut Aaditya, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021, sangat bergantung keseriusan pemerintah dalam pengendalian penyebaran pandemi COVID-19, termasuk percepatan ketersediaan vaksin Corona. Secara keseluruhan, perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik diproyeksi hanya tumbuh 0,9% pada tahun ini. Angka ini, berdasarkan catatan Bank Dunia, merupakan yang terendah sejak 1967.

China diprediksi masih mencatat pertumbuhan ekonomi lumayan oke di level 2%. Didorong belanja pemerintah, penguatan ekspor, serta rendahnya kasus penularan baru COVID-19 sejak Maret 2020. Meski begitu, konsumsi domestik China cenderung lambat dan menjadikan posisi mitra dagangnya kurang menguntungkan.

Selain China, perekonomian negara-negara lain di kawasan Asia Timur dan Pasifik, diprediksi mengalami tekanan hingga minus 3,5%. Dalam skenario buruk, angkanya merosot hingga ke minus 4,8%. (dbs).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *