Ketentuan Hukum Salat Qabliyah dan Ba’diyah Dhuhur atau Jumat

Ketentuan Hukum Salat Qabliyah dan Ba’diyah Dhuhur atau Jumat
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ketentuan Hukum Salat Qabliyah dan Ba’diyah Dhuhur atau Jumat

Ada pertanyaan mengenai dasar hukum salat qabliyah dan badiyah Dhuhur atau Jumat di hari Jumat. Bahwa salat qabliyah Dhuhur dan salat ba’diyah Dhuhur di hari Jumat jelas ada dasar hadits dan fiqihnya. Penjelasan dalam mazhab Syafi’iyah sebagai berikut.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pertama,

bila salat qabliyah Dhuhur dan salat ba’diyah Dhuhur itu bukan setelah melaksanakan salat Jumat, maka sudah maklum. Salat qabliyah Dhuhur dan salat ba’diyah Dhuhur merupakan golongan salat sunnah rawatib, yakni salat sunnah yang mengiringi atau menyertai salat fardhu lima waktu.

Salat sunnah rawatib ini ada dua macam: salat sunnah rawatib yang muakkad (sangat dianjurkan), dan salat sunnah rawatib ghairu muakkad (anjurannya tak sekuat yang muakkad). Salat sunnah rawatib ada 18 (delapan belas) rakaat, dengan rincian: 10 (sepuluh) rakaat adalah salat sunnah rawatib muakkad, dan 8 (delapan) rakaat adalah salat sunnah rawatib ghairu muakkad.

Salat sunnah rawatib yang muakkad, yaitu:

  1. dua rakaat sebelum salat Dhuhur;
  2. dua rakaat setelah salat Dhuhur;
  3. dua rakaat setelah salat Maghrib;
  4. dua rakaat setelah salat Isya’; dan
  5. dua rakaat sebelum salat Subuh.

Adapun salat sunnah rawatib ghairu muakkad ada delapan, yaitu:

  1. dua rakaat tambahan dari empat rakaat sebelum salat Dhuhur;
  2. dua rakaat tambahan dari empat rakaat setelah salat Zhuhur; dan
  3. empat rakaat sebelum salat Ashar. Dasar hukumnya tersebut dalam al-Muhadzdzab fî Fiqh al-Imâm asy-Syâfi’î, Juz I, halaman 83:

فأما الراتبة فمنها السنن الراتبة مع الفرائض، وأدنى الكمال منها عشر ركعات غير الوتر، …. والأصل فيه ما روى ابن عمر رضي اللّٰه عنهما قال: صليت مع رسول اللّٰهﷺ قبل الظهر سجدتين وبعدها سجدتين وبعد المغرب سجدتين وبعد العشاء شجدتين، وحدثني حفصة بنت عمر رضي اللّٰه عنها أن رسول الله ﷺ كان يصلي سجدتين خفيفتين إذا طلع الفجر. والأكمل أن يصلي ثماني عشرة ركعة غير الوتر: ركعتين قبل الفجر، وركعتين بعد المغرب، وركعتين بعد العشاء؛ لما ذكرناه من حديث ابن عمر رضي اللّٰه عنه، وأربعا قبل الظهر وأربعا بعدها؛ لما روت أم حبيبة رضي اللّٰه عنها أن النبي ﷺ قال:” مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعَ بَعْدَهَا حُرِّمَ عَلَى النَّارِ”؛ وأربعا قبل العصر؛ لما روى علي بن أبي طالب كرم اللّٰه وجهه أن النبي ﷺ كان يصلي قبل العصر أربعا، يفصل بين ركعتين بالتسليم على الملائكة المقربين والنبيين ومن معهم من المؤمنين. والسنة فيها وفي الأربع قبل الظهر وبعده أن يسلم من كل ركعتين، ….

Artinya: ”Adapun salat rawatib di antaranya sunnah-sunnah rawatib bersama salat fardu, minimal sempurnanya ada 10 rakaat selain witir, yaitu: dua rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat setelahnya; dua rakaat setelah Maghrib; dua rakaat setelah Isya’; dan dua rakaat sebelum Subuh. Dasar landasannya adalah hadits riwayat Ibn ‘Umar r.a., ia berkata: ’Aku salat bersama Rasulullah ﷺ sebelum Dhuhur dua kali sujud (dua rakaat) dan setelahnya dua kali sujud (dua rakaat), dan setelah Maghrib dua kali sujud (dua rakaat), dan setelah Isya’ dua kali sujud (dua rakaat)” (HR al-Bukhari Muslim). Dan telah memberitakan kepadaku Hafshah puteri ‘Umar r.a., ’Bahwa Rasulullah ﷺ pernah salat dua kali sujud (dua rakaat) yang ringan pada saat waktu fajar (Subuh)’. Dan yang sempurna, salat rawatib delapan belas rakaat selain Witir, yaitu: dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat setelah Maghrib, dan dua rakaat setelah Isya’, berdasarkan hadits riwayat Sayidina ‘Umar r.a. di atas, dan empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat setelah Dhuhur, karena hadits riwayat Ummu Habibah r.a. bahwa Nabi SAW. bersabda: ‘Barangsiapa yang menjaga salat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat setelahnya, maka ia diharamkan masuk neraka’ (HR Ahmad, at-Tirmîdzî, Abû Dâwud, an-Nasâ’î dan Ibn Mâjah); dan empat rakaat sebelum Asyar, berdasar hadits riwayat Sayidina ‘Ali r.a., ’Bahwa Nabi SAW salat sebelum Asyar empat rakaat dengan dipisah salam kepada para malaikat, para Nabi dan kaum mukmin’ (HR. at-Tirmidzî). Dan tuntunan sunnahnya dalam salat ini dan empat rakaat sebelum dan setelah Dhuhur adalah salam pada setiap dua rakaat, sebagaimana hadits riwayat ‘Ali r.a. di atas, bahwa Nabi SAW memisah di antara dua rakaat dengan salam.”

Kedua,

salat sunnah qabliyah Jumat ada dasarnya, juga salat sunnah ba’diyah Jumat bila salat Jumatnya sah juga ada dasarnya, dalam Hâsyiyat al-Bâjûrî ‘alâ ibn Qâsim al-Ghazî, Juz I, halaman 132:

والجمعة كالظهر فيما يسن لها، فيسن قبلها أربع وبعدها أربع، لخبر مسلم: إذا صلى أحدكم الجمعة فليصل قبلها أربعا وبعدها أربعا، وخبر الترمذي أن ابن مسعود كان يصل قبل الجمعة أربعا وبعدها أربعا. والظاهر أنه بتوقيف من النبي ﷺ. ومحل سن البعدية للجمعة إن لم يصل الظهر معها، وإلا قامت قبلية الظهر مقام بعدية الجمعة، فيصل قبلية الجمعة ثم قبلية الظهر ثم بعديته، ولا بعدية للجمعة حينئذ.

Artinya: ”Salat Jumat itu sebagaimana salat Dhuhur: disunnahkan empat rakaat sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya, berdasarkan hadits Muslim, ’Bila salah seorang kalian salat Jumat maka salatlah sebelumnya empat rakaat dan setelahnya empat rakaat’, dan hadits at-Tirmidzi ’Bahwa Ibn Mas’ud salat sebelum Jumat empat rakaat dan setelahnya empat rakaat’. Yang jelas bahwa salat tersebut berdasarkan petunjuk dari Nabi SAW. Posisi sunnah ba’diyah Jumat tersebut, bila tidak salat Dhuhur bersama Jumat itu. Bila salat Dhuhur setelah salat Jumat tersebut, maka qabliyah Dhuhur menempati posisi ba’diyah Jumat, sehingga salat qabliyah Jumat, kemudian qabliyah Dhuhur kemudian ba’diyahnya Dhuhur, dan tidak ada ba’diyah Jumat ketika demikian.”

Ketiga,

bila yang dimaksud dengan salat sunnah qabliyah dan salat sunnah ba’diyah Dhuhur setelah melaksanakan salat Jumat, maka tetap disunnahkan. Dalam hal ini, salat Dhuhur yang wajib dilakukan setelah salat Jumat, sebab salat Jumatnya tidak sah, karena tidak memenuhi syarat keabsahannya, maka salat sunnah qabliyah Jumat tidak bisa menggantikan salat sunnah qabliyah Dhuhur.

Setelah salat Jumat tersebut tidak ada salat ba’diyah Jumat. Dalam kasus ini, setelah salat Jumat yang tidak memenuhi keabsahannya, langsung disunnahkan salat qabliyah Dhuhur kemudian salat Dhuhur, selanjutnya salat ba’diyah Dhuhur.

Dalilnya sebagaimana tersebut di atas dan Nihâyat az-Zain, halaman 98:

والجمعة كالظهر فلها أربع قبلية وأربع بعدية، إن كانت مغنية عن الظهر، فإن وجب الظهر بعدها، فلا بعدية لها. وللظهر بعدها أربع قبلية وأربع بعدية، وحينئذ تقع القبلية التي صلاها قبل الجمعة نفلا مطلقا، ولا تغني عن قبلية الظهر.

Artinya: ”Salat Jumat itu sebagaimana salat Dhuhur, maka mempunyai empat rakaat sunnah qabliyah dan empat rakaat sunnah ba’diyah, bila salat Jumatnya sudah cukup (sah) tanpa salat Dhuhur. Akan tetapi, jika wajib salat Dhuhur setelah salat Jumat tersebut, maka tidak ada salat sunnah ba’diyah bagi salat Jumatnya. Dan bagi salat Dhuhur (yang wajib dilakukan tesebut) mempunyai salat sunnah qabliyah empat rakaat dan sunnah ba’diyah empat rakaat, dan dalam keadaan demikian, salat sunnah qabliyah yang dilakukan sebelum salat Jumat tersebut statusnya menjadi salat sunnah mutlak, dan tidak cukup (tidak bisa) menggantikan salat sunnah qabliyah Dhuhur.”

Menjadi jelas ketentuan mengenai salat sunnah qabliyah dan ba’diyah Dhuhur/Jumat; ada empat rakaat masing-masing dalam salat sunnah qabliyah dan ba’diyah Dhuhur/Jumat itu. Dua rakaat dalam qabliyah dan dua rakaat dalam ba’diyah Dhuhur/Jumat itu adalah salat sunnah rawatib muakkad; dua rakaat selebihnya dalam salat qabliyah dan ba’diyah Dhuhur/Jumat merupakan golongan sunnah rawatib ghairu muakkad. Wallahu a’lam bish-shawwâb.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *