Happy, Healthy, Wealthy  : Tak Sehat Sendirian

Tak Sehat Sendirian
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Happy, Healthy, Wealthy  : Tak Sehat Sendirian

Oleh: Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Bagus sekali, Anda tiap hari sepedaan. Tapi bagaimana istri, bagaimana anak-anak? Bisakah mengajak semua keluarga untuk sepedaan bersama-sama sehingga tak sehat sendirian. Begitu juga, para penyuka senam. Bagus sekali, tiap hari bisa disiplin melakukannya. Tapi, sayangnya masih sendirian. Belum bersama istri dan anak-anak. Alasannya ada saja: habis mereka tidak mau. Itu tantangannya: membuat mereka mau. Olah raga menjadi gaya hidup keluarga. Tentu tidak harus sama. Yang penting semua berolah raga.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Anda tahu bahwa air putih hangat itu bagus sekali. Karena itu, Anda mengonsumsinya dua liter per hari. Hebat. Tapi, bagaimana suami, bagaimana anak-anak. Sudahkah mereka mengikuti kebiasaan baik Anda? Perlu sabar melatihnya. Diambilkan, ditunggui. Cuma habis separo gelas, bilang; ayo sedikit lagi. Lama-lama bisa ketagihan air putih hangat.

Anda fanatik sekali sama sayur dan buah. Sayangnya, baru Anda dan istri saja. Anak-anak belum. Perlu supersabar melatihnya. Dikupaskan, didulang, ditunggui. Baru habis satu potong kecil apel sudah ogah-ogahan dan bilang nanti lagi. Bilang makan apel harus cepat supaya tidak teroksidasi. Katakan: satu lagi saja. Yang kecil.

Begitu juga sayur. Biasanya, bilang begini: aku sayurnya nanti saja. Merusak rasa ayam gorengnya. Rasa lauknya. Itu alasan. Kasih sedikit sayur dulu. Nanti ditambah lagi.

Begitu juga dengan jus. Ambil separo gelas dulu, sodorkan, tunggui. Sedikit dulu, tidak apa-apa. Perlu waktu untuk membentuk pembiasaan. Habit. Perlu kesabaran tingkat tinggi untuk membuatkannya, menyajikannya, menungguinya.

Begitu juga makanan yag dikukus, bukan digoreng. Pisang dan polo pendem. Perlu pembiasaan. Yang biasa makan gurih, tentu tidak terlalu menyukainya. Terutama anak-anak zaman now, tidak mudeng diberi polo pendem.

Jika sudah terbiasa dan merasakan enak dan manfaatnya, mereka akan mencari sendiri. Itulah great habit. Tidak serta merta untuk membentuknya. Puasa Ramadan melatihnya selama 30 hari untuk melakukan pembiasaan berlapar-lapar, berlatih sabar, mengendalikan nafsu, bersedekah dan lainnya.

Para penulis buku personal development juga sepakat membentuk great habit perlu waktu. Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People juga mengatakan begitu. Habit ketujuhnya adalah: asahlah gergajimu tiap hari untuk mendapatkan great habit.

Intinya, jangan sehat sendirian. Harus sehat sekeluarga, hebat lagi, seluruh tetangga, hebat lagi seluruh teman-teman. Menjadi gaya hidup. Lifestyle. Kebutuhan. Kelak mereka yang ganti menularkan ke keluarganya, ke tetangganya, ke teman-temannya. Ibadah muamalah yang hebat sekali. Salam!

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *