Duh! Ekonom Sebut Sektor Keuangan Indonesia dalam Bahaya

Ilustrasi keuangan Indonesia ambruk. Foto: Dok Pixabay
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id – Sektor keuangan nasional dalam kondisi terpuruk. Hal ini mengakibatkan perekonomian terperosok dalam jurang resesi.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, baik kuartal II dan III tidak ada perbedaan. Sama-sama menunjukkan negatif.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Tidak ada perubahan dari triwulan II hingga kuartal III. Industri tetap negatif, pertanian positif, perdagangan negatif, konsumsi tetap negatif, pertambangan negatif, dan jasa keuangan justru terpuruk,” kata Tauhid dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (8/11/2020).

Tauhi menjelaskan, sektor keuangan merupakan penyokong terakhir dalam siklus ekonomi. Artinya jika sektor keuangan goyah, maka ekonomi akan terseret ambruk.

Lanjut Tauhid, pertumbuhan rkedit lebih rendah dibandingkan dalam dua tahun terakhir. Bahkan rasio NPL sudah di atas 3 persen. Sementara rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) relatif baik namun rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) justru menurun akibat meningkatnya DPK dan penurunan kredit.

“Jadi menurut saya cukup bahaya di sektor keuangan ketika kondisinya begini dan kalau dalam jangka besok tidak ada perbaikan karena pasar atau demand tidak terbentuk maka umumnya perbankan akan melarikan uang membeli SBN tidak ke sektor riil,” ucapnya.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan, ekonomi Indonesia di kuartal III/2020 membaik dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, pencapaian itu dengan konsekuensi ongkos yang lebih mahal, yakni defisit anggaran yang membesar.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu berharap pertumbuhan ekonomi tahun 2020 antara 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Sehingga untuk mendongkrak ekonomi di sisa tahun ini, pemerintah berkomitmen menggunakan kebijakan fiskalnya, termasuk mempercepat belanja.

“Untuk menjaga ekonomi dan APBN, kami menggunakan instrumen fiksal dan bahkan bersama Bank Indonesia (BI) dengan kebijakan moneter, serta kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Itu digunakan untuk memompa ekonomi ke atas,” kata Sri Mulyani.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 minus 3,49 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sdalam dua kuartal berturut-turut. (mh)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *