MENERIMA

MENERIMA
Drs.H.Ahmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



MENERIMA

Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.
Sejenak agak terkesima dengan penampilannya yang begitu cantik, memang dulunya ia bekas pramugari, walau usia tembus setengah abad dan telah memiliki cucu pula, boleh dikata nenek cantik yang menarik sangat mengundang simpatik bagi para tetamu undangan, terutama keramah tamahannya, karena memang ia bertugas sebagai yang menerima tamu, seperti sendirian saja, tunggal nampaknya, walau dimeja penerima tamu ada beberapa orang gadis yang bertugas sebagai yang menerima tamu untuk mempersilakan para tamu undangan membubuhkan tanda tangan, tanda kehadiran…karena ternyata memang tamu undangannya sangat terbatas sekali, sesuai dengan protokol kesehatan…
Dalam hubungan sosial kemasyarakatan bila ada tetangga selamatan syukuran atas anugrah nikmat yang didapat, apa itu ulang tahun anaknya, syukuran khitanan, syukuran naik pangkat atau jabatan, syukuran pindah rumah, dan syukuran yang lainnya, sering kita menerima berkat, ada yang berupa mentahan terdiri dari beras, gula, kopi, minyak dan lainnya, tapi ada juga makanan yang telah masak berupa nasi dan lauk pauknya berikut buah dan minumnya. Tapi ada juga yang mengundang anak yatim, pakir miskin disekitaran rumahnya untuk menerima sedekah dan memanjatkan do’a bersama agar dapat menerima anugrah nikmat itu dengan penuh syukur kehadiratnya…alhamdulillah…
Sehingga bila memperhatikan aktifitas kehidupan kita sekurang-kurangnya terjalin antara dua hal, antara memberi dan menerima, seperti memberi tugas dan menerima tugas atau melaksanakan tugas. Sejak masuk pada jenjang pernikahan ada upacara aqad nikah, sang orang tua menyerahkan atau memberikan amanah yaitu putrinya yang selama ini diasuh dan dibesarkan, kepada mantunya sang suami yang menerima amanah, yang selanjutnya sebagai isteri pujaannya. Amanah ini merupakan amanah yang berestafet, karena anak bagi orang tua merupakan amanah dari tuhan, lalu sang suami selanjutnya menerima amanah tuhan itu. Estafet amanah ini diikat perjanjian menerima (ijab qabul) atau ikatan nikah (aqad nikah), yang dalam firman disebut dengan perjanjian luhur dan suci (mitsaqon ghalizha), kenapa demikian, karena suami menerima istrinya itu dari orang tuanya sebagai amanah, tapi sesungguhnya sang suami menerima amanah itu dari tuhan, Allah swt.
Bila segala aktifitas hidup itu kita kategorikan sebagai amanah, berarti hidup itu sendiri adalah amanah, sehingga menerima hidup adalah sebagai amanah, lalu agar hidup ini tidak menyimpang tetap lurus ajeg maka dirumuskanlah pandangan hidup, untuk apa hidup itu, dan akan menuju kemana hidup itu, jadi menerima hidup bukan hanya menerima begitu saja, tanpa mengisi dan memberi makna dengan pengakuan bahwa saya hidup, tapi diisi apa dan untuk apa serta mau kemana hidup ini. Semua kita tentunya memiliki haluan hidup atau pandangan hidup ini, baik yang bersumber dari agama atau nilai-nilai budaya yang tentu intinya agar dapat mengisi dan mengarah pada hidup ya mulia.
Demikian pula kiranya bagi suatu negara bangsa maka seluruh aktifitas perjalanan dan perjuangan bangsa itu harus dipandu dengan haluan negara atau kebijakan dasar untuk mencapai apa yang menjadi harapan dan cita-citanya, seperti yang termaktub dalam pembukaan konstitusi kita; merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, untuk mewujudkan cita-cita ini, ada dua arah pedekatan, pertama arah pendekatan dari nilai-nilai fundamental subtansial atau disebut dengan direktif filosofis, dan kedua arah pendekatan dari nilai-nilai elaboratif yang fleksibilitas antisipatif atau disebut dengan direktif strategis teknokratik. Kedua pedekatan inilah dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai kebangsaan yang menjadi titik temu, kemudian dirumuskanlah haluan negara, sehingga diharapkan semua aspirasi rakyat terbahasakan dalam haluan negara, sehingga rumusan haluan negara mampu mengakomodir, mewadahi, merawat sekaligus menyalurkan aspirasi dari keaneka ragaman budaya, adat, agama, sosial politik dan komunitas lainnya yang tidak dan kurang terwakili oleh format struktur formal kelembagaan politik yang ada. Sehingga dengan haluan negara, kita bisa menuju pada kehidupan berbangsa dan bernegara dengan lebih bermartabat dan berkemuliaan.
Kemuliaan hidup itu juga bisa diraih dengan menerima ajaran agama yang diyakini kebenarannya, karena agama pada dasarnya membawa para penganutnya kearah hidup yang mulia, seperti menganjurkan untuk mengisi hidupnya kepada hal-hal yang berguna, menjauhkan pada hal-hal yang sia-sia, sehingga kehadirannya dapat bermanfaat bagi sesama atau lingkungan dimana ia berada, inilah manusia yang baik dalam pandangan agama (khairunnas anfauhum linnas). Begitu pula orang yang memiliki predikat mulia itu akan selalu dimudahkan dari kesulitan karena mudahnya untuk mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut (wa mayyattaqillaha yaj’allahu makhraja). Tentu setiap orang ingin dan mengharapkan agar hidupnya itu dapat menerima atau memperoleh kemuliaan, untuk itu bagi para penganut agama maka menerima kemuliaan dari tuhan itu tiada lain adalah dengan melaksanaka apa yang diperintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, inilah manusia mulia, munusia taqwa (inna akramakum ‘indallahi atqakum). Wa Allahu a’lam (azs, 11112020).
banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *