Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 79-88

Tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 79-88
KH Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh KH Didin Hafidhuddin

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews – Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Kita dapat berjumpa lagi dalam rangka meneruskan kajian tafsir Al-Quran Surat Shad Ayat 79-88. Artinya adalah. “(Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan”. (Allah) berfirman, “Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan, sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” (Iblis) menjawab, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (Allah) berfirman, “Maka yang benar (adalah sumpahku), dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan. Sungguh, Aku akan memenuhi neraka Jahanam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.” Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-ada. (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam. Dan sungguh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya (Al-Qur’an) setelah beberapa waktu lagi.”

Ada beberapa hal yang menjadi pelajaran dari Surat Shat Ayat 79-88.

Pertama,

penegasan kembali tentang status yang mulia. Penciptaan manusia, Allah menisbatkan dengan ruh-Nya, bukan pada makhluk-makhluk lain. Ini adalah ikraman (takriman) memuliakan manusia. Surat Al-Isra’ Ayat 70. “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut (bawa) mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. Jadi, Allah SWT benar-benar telah muliakan manusia, dengan menjadikan darat dan laut untuk kehidupan manusia. Allah SWT telah memberikan manusia dengan rizki yang halal dan baik (tayyibat).

Makhluk lain juga diberikan riziki oleh Allah SWT, tapi tidak disebutkan dengan thayyibat (rizki yang baik itu). Hanya karena ghadab (nafsu) manusia saja, hingga manusia masih berusaha berusaha mencari rizki atau harta yang tidak halal, yang diperoleh dengan cara dzalim. Allah SWT juga telah melengkapi manusia dengan tiga alat yang lengkap, agar mampu melaksanakan tugasnya sebagai manusia, sebagai khalifah di muka bumi. Allah telah memberikan telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan nurani atau pikiran untuk membedakan hal baik dan buruk, agar manusia mampu bersyukur dalam menjalani kehidupannya. Surat An-Nahl Ayat 78, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur”.

Kedua,

Allah menciptakan musuh yang abadi bagi manusia, yang akan terus menerus menggoda, menyesatkan dan menjatuhkan manusia, sampai jatuh pada derajat yang rendah, bahkan lebih rendah dari binatang. Manusia sampai yang ada bersifat iblis, walau fisiknya Manusia. Surat Al-Araf 16-18, “(Iblis) menjawab, ‘Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (Allah) berfirman, ‘Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua’”.

Para ahli tafsir menyebutkan bahwa iblis mendatangi manusia dari depan itu maksudnya senantisa membuat manusia ragu-ragu, membuat manusia tidak yakin dengan kematian, dengan Hari Akhirat atau Hari Kiayamt. Akibatnya, manusia menjadi yang tidak yakin bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan, kelak. Iblis mendatangi manusia dari samping kiri dan kanan, ditafsirkan dengan godaan dengan jabatan, dengan harta, dengan keluarga. Akibatnya, manusia banyak yang menjual integritas pribadinya demi jabatan, demi harta dan kedudukan. Intinuya adalah syetan tidak akan berhenti menggoda manusia sampai hari kiamat.

Ketiga,

kelompok yang kuat menghadapi godaan syetan, yaitu Hamba Allah yang ikhlas (mukhlisin dan mukhlasin). Bahkan dalam Surat At-Tin juga dijelaskan, manusia akan diturunkan derajat serendah-rendahnya, keculai mereka yang beriman dan beramal shaleh. Mereka ini lah yang mendapatkan pahala yang tidak ada putus-putusnya, hingga mampu mengatasi godaan syetan ini. Beberapa ciri orang mukhlas dan mukhlis ini adalah:

  1. Aqidah salimah, memiliki keyakinan yang bernar, yang tidak disertai musyrik. Allah SWT tidak akan pernah mengampuni dosa musyrik yang terbawa mati. Allah SWT masih dapat mengampuni dosa-dosa lain, apabila menghendaki. Oleh karena itu, kita diperintah untuk senantiasa membaca kalimat tauhid “La ilaha illallah” untuk meningkatkan keyakinan keimaman itu. Sebaiknya juga ditambah dengan doa-doa yang baik agar dittetapkan hati untuk senantiasa berada pada agama Allah. “Ya muqallibal qulb, wal abshar, tsabbit qalbii ala diinika” (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikan hati, tetapkanlah hati ini pada agamaMU”.
  2. Syariah shahihah, memiliki jalan yang lurus, yang sejalan dengan petunjuk Rasulullah SAW, baik dalam hal ibadah, maupun dalm hal muamalah. Bagaimana kita shalat, zakat, bahaimana menjalankan syariah agam, tidak makan riba, tidak melakukan korupsi dll.
  3. Akhlaqul karimah, memiliki akhlak yang terpuji, yang akan mendekatkan ketakwaan kepada Allah. “Ittaqillaha haytsu ma kunta” (Bertakwalah kepada Allah di manapun kalian berada). Di mana pun kita berada, ketakwaan harus dijaga. Di masjid, di kantor, di gedung DPR dan DPRD, dll kita harus jujur, tidak korupsi, dll. Kita diperintah untuk cinta pada orang baik, cinta pada orang lemah, anak yatim dan orang miskin. Kita yakin bahwa dengan membantu orang lemah, Allah akan menolong kita. Jika kita menjadi pejabat, berlakulah secatra jujur dan lurus, menolong kelompok lemah, maka kebaikan akan baik. “Sayangi makhluk di bumi ini, pasti kamu akan disayangi oleh makhluk langit”.

Allah SWT senantiasa memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh (mujahadah). Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dengan sungguh-sungguh, yang menjadi ciri-ciri taqwa kepada Allah. Barang siapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar dan memberikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Sekali lagi, godaan syetan telah sangat jelas menggiring agar kita jauh dari agama. Bayangkan, kini bahkan ada sekelompok manusia muslim yang malu untuk menjalankan atau bahka menjauh dari ajaran agamanya. Ini semua adalah perangkap syetan.

Rasulullah SAW dan ummat islam dan para dai yang menyebarkan agama sama sekali tidak ingin mendapatkan upah. Semua dilakukan dengan ikhlas. Hal itu merupakan peringatan melalui Al-Quran, bahwa semuanya berasal dari Allah SWT. Prinsipnya adalah jika di hadapan kita ada harta haram, hentikan. Jangan mengulangi lagi. Infakkan. Jika terlanjur ada harta haram masuk ke tubuh, maka berhentilah. Serahkan semua urusan kepada Allah SWT. Tapi, jika telah mengetahui bahwa hal tersebut haram, tapi melakukannya secara berulang-ulang dan terus-menerus, maka Allah sangat tegas menyatakan bahwa perbuatan itu akan diganjar dengan neraka jahannam.

Keinginan dan niat untuk mengaji saja bahkan digoda oleh syetan. Allah SWT memerintahkan jika akan memulai mengaji dan membaca Al-Quran, mulailah dengan ta’awudz (membaca ‘Audzu billah minasy syaithanir rajim). Kita diperintah untuk senantisa berlindung dari godaan syetan yang terkutuk itu. Demikianlah, wallahu a’lam bish-shawab. Mari kita tutup dengan doa kifarat majelis, “Subhanka Allahhumma wa bihamdika. Asyahadu an(l) la ilaha illa anta. Astaghfiruka wa atubu ilaika”. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu.

Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar