Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar 1-3

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar 1-3
KH Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh KH Didin Hafidhuddin

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews – Alhamdulillahi rabbil alamain. Kita berjumpa lagi dalam pengajian tafsir Al-Quran. Hari ini insya Allah kita masuk pada Surat Az-Zumar, Surat ke-39. Mari kita mulai dengan membaca Ummul Kitab Al-Fatihah, dilanjutkan secara bersama-sama dengan dengan Surat Az-Zumar, ayat 1-3. Artinya adalah, “Kitab (Al-Qur’an) ini diturunkan oleh Allah Yang Mahamulia, Mahabijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’, Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar”

Beberapa pelajaran yang dapt dipetik dari Surat Az-Zumar ayat-ayat awal ini cukup banyak. Arti kata “zumar” sendiri adalah rombongan atau berbondong-bondong. Ada dua kata “zumar” dalam surat ini, kelak kita bahas pada Ayat 70-75 atau bagian akhir dari Surat Az-Zumar. Orang-orang kafir akan digiring secara berbondong-bondong masuk ke neraka. Mereka bahkan akan ditanya oleh Allah SWT, “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan (dengan) harimu ini?” Mereka menjawab, “Benar, ada”. Tapi, semuanya sudah terlambat, mereka akan kekal di dalam neraka jahannam. Sebaliknya, orang-orang taqwa juga akan digiring berbondong-bondong masuk ke dalam surga, sambil disambut oleh para malaikat penjaga surga, sambil membukakan pintu-pintunya. “Salam sejahtera semoga dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya”. Inilah dua gambaran ekstrem tempat kembali.

Zumar juga disebut dengan ghurfah atau ghurafa atau kamar-kamar, bahwa kelak akan terdapat kamar dan tingkatan surga di dalamnya. Di bawahnya akan terdapat air mengalir. Surat ini termasuk golongan Surat Makkiyah, karena diturunkan di Makkah, yang sebagian besar berisi pesan-pesan aqidah atau peningkatan keimanan.

Peningkatan Aqidah itu terdiri dari 3 substansi penting:

  1. Ma’rifatun bil qalbi. Makrifat kepada Allah yang tertanam kuat di dalam hati,
  2. Iqrarun bil lisan. Mengikrarkan atau mengucapkan secara lisan, dengan lidah, untuk beriman kepada Allah SWT, dan
  3. Amalun bil arkan. Melaksanakannya dengan amal perbuatan, sebagai bukti ketundukan kepada Allah SWT, termasuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.

Dua ayat pertama dalam Surat Az-Zumar dimulai dengan mu’jizatul kubra, dengan mu’jizat besar, yang diturunkan oleh Dzat Yang Mahabijaksana, yaitu Al-Quranul Karim, kadang juga disebut Al-Quranul Hakim. Ayat-ayat di dalamnya tidak ada yang bertentangan dengan fitrah manusia. Misalnya, ayat-ayat tentang kewajiban salat, yang digambarkan sebagai “basyir”, kabar gembira bagi yang melaksanakan salat, seperti dijelaskan dalam Al-Baqarah 43. “Tegakkan salat dan tunaikan zakat, bersama dengan orang-orang yang ruku”. Salat sebagai berfungsi sebagai alat (tools) untuk mengundangan pertolongan Allah SWT., seperti dijelaskan dalam Al-Baqarah 153. “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar”. Salat sebagai indikator kedekatan persaudaraan orang muslim.

Kita diperintahkan untuk mencari teman orang-orang yang suka menegakkan salat dan membayar zakat, seperti dalam Surat At-Taubah 11. “Jika mereka bertaubat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”. Salat merupakan salah syarat untuk memperoleh kebahagiaan, kesuksesan (Al-Falah), seperti dalam Surat Al-Mu’minun 1-11 “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara salatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”

Orang yang merasakan kelezatan salat adalah orang yang khusyu’ dalam salatnya. Orang-orang khusyu’ memiliki ketenangan qalbu, orang yang senantiasa medapatkan pertolongan Allah SWT. Hal-hal seperti ini tidak akan pernah dirasakan oleh orang-orang yang tidak istiqamah dalam menegakkan salat. Kelompok besar orang-orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah adalah:

  1. Orang yang menolong agama Allah.
  2. Orang yang menegakkan salat,
  3. Orang yang menunaikan zakat,
  4. Orang yang beramar maruf dan nahi munkar, yaitu orang yang senantiasa mengajak temannya sesama muslim ke dalam kebaikan.

Kita harus yakin bahwa orang yang menegakkan salat akan mendapatkan rahmah dari Allah. Dalam perjuangan, pasti ada masalah, tapi pasti akan ada jalan keluar. Orang yang beriman hendaklah saling tolong menolong satu dengan lainnya. Sekali lagi, amar maruf nahi munkar tidak hanya dilaksanakan secara lisan, tapi dengan contoh dan perbuatan. Misalnya, kita memberi contoh dalam salat berjamaah. Dalam kondisi Covid-19 seperti sekarang ini, salat berjamaah dapat dilaksanakan di rumah. Salah berjamaah di masjid dan mushalla hars dilakukan dengan protokol kesehatan.

Salat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, bahkan digandeng dengan kebiasaan membaca Al-Quran. Perhatikan Surat Al-Ankabut 45. Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. “Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Pada tahapan ini, salat sudah bukan sekadar kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan. Ada hadist Rasulullah SAW yang sangat terkenal, bahwa kaum perempuan mampu memiliki kunci surga, jika memiliki 4 sifat berikut ini:

  1. menegakkan salat lima waktu,
  2. berpuasa Ramadhan,
  3. Menjaga kehormatannya, dan
  4. Tunduk-patuh kepada suaminya dalam kebaikan.

Orang tua perlu memberikan pendidikan pertama kepada anaknya dalam hal salat. Rasulullah SAW memberikan penegasan bahwa jika seorang anak telah mampu membedakan tangan kanan dan kanan kiri, maka suruhlah dia salat, agar kelak menjadi orang yang terbiasa melaksanakan salat. Agama islam mengajarkan untuk beribadah secara ikhlas, dengan total menyerahkan diri kepada Allah. Beribadah itu tidak memerlukan suatu perantara atau dengan dalih untuk lebih mendekatakan diri. Hal ini tentu berbeda dengan para penyembah berhala yang mencampur adukkan ibadah kepada Allah dengan kebiasaan para pendaulunya yang menggunakan perantara berhala atau yang berfungsi mirip seperti itu.

Dalam menjawab pertanyaan tentang cara agar lebih khusyu’ dalam mengerjakan salat, strateginya adalah harus sengaja mengerjakan salat di awal waktu. Mengerjakan salat jangan dibiasakan terlambat, misalnya salat dzuhur sampai pukul 14, walau dengan alasan sibuk rapat atau untuk membahas kebaikan. Bagaimana mungkin salat bisa khusyu’ jika dilaksanakan dengan terlambat? Perkara ada pendapat lain bahwa orang salat tidak ada jaminan masuk surga, kita perlu menyerahkannya semua perbuatan salat dan ibadah lain kepada Allah SWT. Ingat, pada pengajian sebelumnya, ketika penghuni neraka ditanya mengepa mereka sampai masuk neraka (saqar), mereka akan menjawab karena mereka tidak mengerjakan salat.

Sebaliknya, orang yang secara ikhlas melaksanakan salat secara khusyu akan mendapatkan balasan surga, suatu tempat kembali yang kenikmatannya tidak dapat dibayangkan oleh mata, telinga dan bahkan oleh pikiran. Sekali lagi, jika seseorang berwudhu dengan baik, tidak asal-asalan, lalu salat dengan baik, dengan khusyu’, maka akan diangkat ke hadapan Allah. Ada sebuah Hadist Rasulullah SWT dengan gaya metafora, bahwa “perbuatan salat” ini akan mengangkat seseorang langsung ke hadapan Allah SWT. Sebaliknya “si salat” tidak mau mengangkat orang yang salat, jika melaksanakannya secara asal-asalan, tidak khusyu’, atau sekadar menggugurkan kewajiban.

Orang kafir itu bermacam-macam. Orang kafir adalah orang yang tertutup hatinya, tidak percaya, dan bahkan menolak perintah Allah SWT. Orang yang tidak salat, lalu membiasakannya dan menganggap “tidak apa-apa”, itu akan mengarah pada kekufuran. Orang munafik termasuk kelompok orang kafir. Perhatikan Surat An-Nisa’140, “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.

Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam”. Pada ayat di atas telah amat jelas bahwa Allah SWT akan mengumpulkan orang kafir dan orang munafik di dalam neraka jahannam, di lapisan paling bawah, paling panas. Orang munafik ini biasanya tidak punya pendirian, bahkan tidak beriman. Mereka menipu Allah dan menipu orang-orang beriman. Sesungguhnya mereka menipu dirinya sendiri. Sebesar-besar pendustaan adalah orang yang dusta kepada Allah, kepada agama.

Membohongi agama, membohongi hari akhir. Kufur itu biasanya diawali dengan dusta, apalagi sampai terus-menerus. Dusta itu membawa kepada kejahatan. Kesemrawutan yang terjadi selama ini karena diawali dengan kedustaan. Orang yang tidak menegakkan salat itu adalah orang yang berdusta kepada Allah SWT, yang dapat mengarah pada kekufuran. Naudzu billahi min dzalik. Wallahu a’lam bish-shawab. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu.

Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar