Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 4-7

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 4-7
membaca quran
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh KH Didin Hafidhuddin

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews – Alhamdulillahi rabbil alamin. Kita berjumpa lagi dalam Pengajian Tafsir Al-Quran. Pada Ahad 29 November ini, kita akan membahas Surat Az-Zumar Ayat 4-7. Kita awali dengan membaca Ummul Kitab, kemudian kita lanjutkan membaca bersama-sama. Artinya adalah, “Sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang Dia kehendaki dari apa yang telah diciptakan-Nya. Mahasuci Dia. Dialah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan malam atas siang dan memasukkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Mahamulia, Maha Pengampun. Dia menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia jadikan pasangannya dan Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan? Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sungguh, Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam dada(mu).

Ada beberapa pelajaran penting dari Ayat 4-7 tadi.

Pertama, sebagaimana pekan lalu kita sudah membahas tentang mujizatul kubra, Al-Quran adalah mujizat besar, yang berfisi firman Allah. Tidak ada keraguan di dalamnya, merupakan petunjuk (huda) dan tuntanan dalam menjalani hidup di dunia dan perbekalan untuk hidup abadi di akhirat kelak. Generasi terbaik adalah generasi Al-Quran. Kita harus menerus membaca, mengkajinya, mengajarkannya kepada anak-anak dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, ada hadist Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Al-Quran yang dibaca terus menerus di rumah, di kendaraan dan di mana pun berada, kelak akan menjadi syafaat pada Hari Kiamat. Generasi yang cinta Al-Quran adalah generasi cerdas, cinta ilmu, cinta tanah air, bertanggung jawab, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan di akhirat di hadapan Mahkamah Allah SWT.

Kedua, dalam hidup kita menjalankan hubungan dengan Allah SWT dalam bentuk ibadah dan hubungan dengan sesama manusia atau muamalah, bahkan hubungan sesama makhluk Allah SWT. Landasannya adalah aqidah salimah, beribadah sesauai dengan tata cara yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW. Beribadah adalah hubungan langsung kepada Allah SWT, yang ditunjukkan dengan ikrar kita setiap shalat, setidaknya 17 kali sehari, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Hanya kepadaMu saya menyembah dan hanya kepadaMu saya minta pertolongan. Hidup harus sejalan dengan ketentuan Allah SWT, baik ibadah makhdhah, maupun ibadah muamalah kepada sesama makhluq. Beribadah itu hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain, karena hal tersebut menjadi syirik atau menyekutukan Allah. Syirik adalah dosa besar kepada Allah. Jika kamu syirik, maka akan hancur semu perbuatan yang telah dilakukan. Motivasi niat beribadah hanya kepada Allah SWT. Dialah Allah Dzat yang satu, tidak punya anak dan tidak diperanakkan. Dia yang Mahaesa dan Mahaperkasa. Kita diperlihatkan tentang ciptaan Allah SWT, yaitu langit dan bumi, serta semua makhluk patuh kepada Allah SWT. Allah yang menutupkan siang pada malam. Allah yang membukaan siang dari malam. Allah mengendalilkan perjalanan matahari, bulan, dll, sampai waktu yang ditentukan. Allah yang Mahagagah lagi Mahapengampun.

Ketiga, Allah menciptakan Adam AS, menciptakan isterinya (Siti Hawa) dari diri Adam. Perhatikan Surat An-Nisa 1. “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu”. Allah SWT menciptakan binatang ternak 8 pasang, sebagaimana dikisahkan pada kisah Nabi Nuh.

Tafsir dari ayat “Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan” atau dzulumatin tsalats adalah tiga selaput:

  1. lapisan luar atau dinding perut,
  2. lapisan bawah perut atau dinding uterus,
  3. lapisan ari-ari di sekitar janin.

Silakan para dokter atau yang mendalami hal ini membahasnya dengan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Esensinya, adalah bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Tidak ada yang mampu memberikan rizki selain Allah. Walaupun demikian, kita diperintahkan untuk “bergerak” mencari rizki.

Keempat, walaupun ayat-ayat kauniyah sudah jelas, keindahan ciptaannya, langit, bumi, hujan dll, faktanya adalah ada orang-orang yang menolak kebenaran itu. Allah SWT sebenarnya Mahakaya, dan tidak butuh pertolongan. Allah tidak ridha kepada hambaNya yang kufur. Semua ibadah dan perbuatan kembali kepada kita semua. Jika Anda semua bersyukur, maka Allah meridhai kalian semua. Di hadapan Allah SWT kelak aka nada satu diri yang akan mempertanggungjawabkan semuanya. Allah SWT akan menceritakan tentang perbuatan yang telah akan dilakukan. Allah SWT Mahamengetahui semua rahasia pada setiap hati hambaNya. Oleh karena itu, berniatlah berbuat baik banyak-banyak, karena hal tersebut akan dicatat sebagai satu kebaikan. Sebaliknya, niat buruk tidak akan tercatat sampai perburuan buruk itu dilakukan. Demikian juah, perbanyaklah bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita. Jika kita bersyukur, Allah akan menambahkan nikmat itu terus-menerus. “La-in syakartum la-azidannakum”. Kalimatnya bersifat langsung, menggunakan kata kerja, karena nikmat itu pasti akan ditambahkan. Sebaliknya, “wa la-in kafartum, inna ‘adzabi lasyadid”. Betapa besar kasih saya Allah, jika kita kufur, Allah masih menjanjikan bahwa adzab Allah itu sangat pedih. Di sini kalimatnya ini tidak langsung, karena Allah SWT memberi tahu bahwa datangnya adzab itu masih perlu waktu.

Kelima, ihsan itu adalah berbuat baik seakan-akan Allah melihat langsung. Maksudnya, jika ktia berbuat baik, maka lakukan secara maksimal. Proses-nya pun harus baik. Perhatikan Surat Al-Mulk 1-2. “Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun”. Allah menguji kita semua, mana yang paling baik amalnya. Misal, ada orang di Yogya yang mengajarkan metode membaca Al-Quran secara efektif. Insya Allah beliau banyak mendapat pahala. Fenomena yang terjadi belakangan ini, adalah berubahya cara menilai kehidupan, yang semua cenderung dinilai dengan materi. Waaupun demikian, kita tidak boleh mengubah prinsip-prinsip ibadah dan ihsan atau berbuat baik tersebut. Ingat, kisah Nabi Yaqub AS. Pada saat menjelang kematiannya, Nabi Yaqub AS mengumpulkan anak-anaknya, dan mengajukan pertanyaan “Bagaimana kelak kamu semua akan beribadah dan menyembah Allah?”. Beliau tidak mempersoalkan materi atau harta benda. Oleh karena itu, kita diperintah akan memperbanyak doa-doa untuk senantiasa mendapatkan hidayah, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi” (Ali Imran Ayat 8)

Keenam, Allah memudahkan untuk memahami Al-Quran. Dalam ibadah, perhatikan apa yang diperintah Allah. Tapi, dalam muamalah, perhatikan apa yang tidak boleh atau apa yang dilarang. Perhatikan Surat Al-Qamar 17, “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” Siapa pun memiliki akses yang setara untuk memahami Al-Quran. Sekali lagi, Al-Quran adalah kitab yang mudah, karena Allah SWT memudahkannya. Al-Quran merupakan salah satu bukti bukti cinta Allah kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, ulama bertugas melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Ulama itu juga melayani masyarakat. Demikian juga, ulama adalah mitra kritis penguasa, untuk senantiasa saling menasehati dan mengingatkan. Kita paham bahwa yang paling berjasa atas kemerdekaan Indonesia adalah para kyai dan para ulama, karena penjajahan dan perbudakan itu bertentangan dengan ajaran islam. Ulama yang berjuang menentang penjajah itu adalah para alumni pesantren yang mengalami langsung bagaimana memberi makna-makna yang konkrit dalam berjuang melawan penjajahan.

Demikan ta’lim ini. Mari kita tutup dengan bersama membaca doa kifarat majelis. “Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu an la ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika”. Silakan ditambahi dan dilengkapi oleh para hadirin yang menyimak langsung ta’lim Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoha bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu.

Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *