MENSYUKURI

MENSYUKURI
Drs.H.Ahmad Zacky Siradj
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh : Drs.H.Ahmad Zacky Siradj/Ketua Umum IKALUIN/Ketua Umum PBHMI 1981-1983.

Episode perjalanan hidup ini memang ada titik singgungnya, walau yang dialami tiada terduga jadinya, seakan melompat-lompat dari satu kotak kekotak yang lain, ibarat main sondah, untuk bisa menapak kedua telapak kaki harus jengke dulu, satu kaki diangkat dengan melewari beberapa kotak, permainan waktu kecil ini sekarang langka dimainkan anak-anak di kampungku, begitulah realitasnya kehidupan kendati itu sekedar permainan, tapi ibarat real kehidupan yang dialami, sebagaimana pribahasa mengungkapkan, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, tapi hal serupa ini terus berulang berakit dan berenang, lalu berakit dan berenang lagi, yang pasti tentunya mensykurinya, baik berenang ketepian maupun berakit kehulu…

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Satu hal yang mungkin agak lama mengendap dalam ingatan, teman sepermainan, beruntun dua dan berpita diujungnya, gadis sunda cantik jelita, biasa pakai baju terusan bila main, pas pinggangnya diikat, ikatan bentuk kupu-kupu yang ujung ikatannya agak panjang menjuntai, sementara bagian bawah rok itu pas lututnya dikasih renda yang senada warna dengan roknya, teman-teman sepermainan bilang bila aku telat datang suka dicariin, ku ragu berita ini, suatu waktu ku intip sambil sembunyi, memang ketika teman-teman sudah pada main ia masih duduk saja sambil sesekali nengok sana sini seperti ada yang dicari, ketika ku keluar dari sembunyian, lari untuk menunjukan bahwa telat datang, ia langsung bergabung dan selalu ingin dekatku bila bermain, saat itu ia agak serius dan lama menatapku, tapi aku pura-pura tidak melihatnya, tatapan yang penuh makna mungkin membahasakan kesal hati karena menungguku cukup lama, ku menebak jalan pikirannya dan kegelisahan hatinya itu…ku mensyukuri masa kecilku yang sesekali muncul sebagai kenangan yang begitu indah …selain main sepak bola dengan jeruk bali dapat ngambil diam-diam dari kebun uwa…he he he…

Lepas sekolah rakyat ketemu lagi di sekolah menengah pertama yang sama, aku seneng dengan kesenian tapi nampaknya ia tidak terlalu berminat, aku menyukai sekali main berbagai jenis kesenian, mulai baca puisi, main drama, belajar tari serimpi, main gondang, silat ketuk tilu, reog dan calung, yang dua jenis terakhir ini posisinya hanya sebagai pengiring pada posisi kedua setelah dalang, bila ada hajatan sekolah aku sering tampil dalam banyak jenis seni tampilan, misalnya dalam tampilan calung setelah menyanyi lagu buhun (nyanyian para leluhur) diselingi sisindiran, silih tempras silih elodan (semacam lagu guyonan), lantas ketika akan berakhir sering mengulang mendendangkan kawih terakhir ; “saninten buah saninten, saninten diparapatan, hapunten abdi hapunten bilih aya kalepatan (ma’afkan kami maafkan bila ada kesalahan) … sungguh senang dan akupun mensyukuri dalam usia remaja menyenangi seni…temasuk aku mulai tertarik dengan organisasi pelajar…pelajar islam indonesia…sebagai anak bawang…lembayung senja menghias langit, berjajar pinang dipinggir kali, merenung bangsa ikhlas bangkit, belajar berjuang memikir negeri…

Mensyukuri

sepertinya juga harus dimiliki oleh setiap orang, mungkin salah satu hikmah yang dapat kita peroleh dari memiliki sikap yang selalu bersyukur itu adalah memiliki jiwa yang merunduk tidak angkuh sombong ataupun takabur, tetapi rendah hati dan lapang dada. Sebab dengan kita selalu mensyukuri apa yang kita peroleh maka tuhan mengetahui apa yang menjadi harapan kita dan pada saatnya tuhan akan memberinya dan akan menambahkannya (la in syakartum la azidannakum). Sepertinya pula ada keseiramaan bila sikap syukur itu terlahir maka pada saat yang sama sikap sabarpun menyertainya, sabar ( tekun ) dalam melaksanakan berbagai tugas kehidupan. Iapun segera bersyukur pabila selesainya tugas tersebut dengan ungkapan/ ucapan segala puji tuhan (alhamdulilah) meluncur seketika, meskipun dalam melaksanakan tugas pekerjaan keseharian kita. Dalam melaksanakan tugas hidup dan kehidupan ini tentunya diawali dengan niat dan tekad yang kuat sehingga dalam melaksanakannya dengan kesungguhan hati, atau biasa disebut dengan sikap giat/pantang menyerah dan pasrah pada kehendak tuhan, itulah kiranya yang disebut dengan tawakal (fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallah)…jalan setapak menuju bukit, banyak belukar nan merintang, harapan menapak memburu bangkit, layak bersabar kian menantang…

Jadi ada istilah yang disingkat dengan es-es-te, “es” pertama syukur, mesyukuri hidup, “es” kedua sabar, bersabar dalam hidup dan yang ketiga adalah “te” tawakal, bertawakal dalam hidup. Istilah singkatan ini adalah ungkapan para kiai pabila hendak melepas santri-santrinya, selalu mengingatkan dengan es-es-te ini. Syukur, sabar dan tawakal, ketiga sikap hidup ini merupakan pantulan dari keteguhan, keyakinan/ keimanan seseorang. Dalam lagu wajib Nasional yang ditulis oleh mendiang Husein Mutahar berjudul “syukur”; lagu ini diperkenalkan pertama kali pada bulan Januari 1945 ; “Dari yakin ku teguh, hati ikhlas ku penuh, akan karunia-Mu, tanah air pusaka, Indonesia merdeka, syukur aku sembahkan, kehadirat-Mu tuhan…semoga dengan dalamnya makna yang dikandungn lagu tersebut, kitapun bisa memiliki dan menyikapinya dalam hidup ini…kincir-kincir membawa air, air menyembur hingga kesawah, dzikir-dzikir sukma mengalir, mengalir syukur berjiwa berkah…

Mensyukuri atau bersyukur

merupakan sikap memupuk keteguhan iman, namun sebaliknya juga iman yang teguh, kokoh dan istiqomah dapat melahirkan sikap bersyukur atau mensyukuri kehidupan. Agama dalam hal ini mengajarkan pada kita, bagaimana mensyukuri kehidupan, mensyukuri apa yang telah menjadi realitas dalam kehidupan kita, bila kemudian lahir sikap tidak bersyukur berarti merupakan pengingkaran adanya tuhan (wa la in kafartum inna ‘adzabi la syadid). Hendaknya kita terpanggil untuk senantiasa dapat merawat sikap mensyukuri dalam berbagai persoalan hidup dan kehidupan di dunia yang fana ini, karena dengan mensyukuri segala sesuatu yang tuhan anugerahkan pada kita hakikatnya adalah bersyukur pada diri kita sendiri (inna ma yasykuru linafsih). Wa Allahu a’lam (azs, 1122020).

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *