Jakarta, Hajinews.id – Ekonom Senior INDEF Faisal Basri menyebut pemerintah salah mendiagnosis kebutuhan lapangan kerja, dengan menyediakan sektor padat karya. Sementara mayoritas pengangguran merupakan lulusan SMK, SMA, dan diploma dan universitas.
Data BPS per Agustus 2020, mayoritas pengangguran atau 13,6 persen merupakan tamatan SMK. Disusul lulusan SMA sebanyak 9,9 persen. Kemudian, lulusan diploma 8,1 persen, dan lulusan universitas 7,4 persen.
Dari sisi demografi, mayoritas pengangguran berusia 15-24 tahun. Artinya, Faisal menyimpulkan pengangguran di Indonesia mayoritas berpendidikan tinggi relatif tinggi dan berusia muda.
“Maukah adik-adik tamatan universitas, SMA, SMK, dan diploma ini jadi pekerja di industri padat karya? Misalnya, tukang jahit di industri garmen, kan tidak. Jadi, diagnosis pemerintah ini ngawur melulu,” kata Faisal dalam video daring, kemarin (8/12/2020).
Sementara, pengangguran yang pendidikan SD ke bawah, justru paling sedikit, yaitu 3,6 persen. Menurut dia, pengangguran dengan latar pendidikan SD ke bawah ini justru lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
“Jadi, masalah pengangguran di Indonesia ini menciptakan lapangan kerja bukan untuk tamatan SD. Yang tamatan SD itu, cari kerja sendiri serampangan dia lakukan,” ucapnya.