Hajinews – Tjia Pit Kay adalah pengusaha Tionghoa asal Makassar. Hidupnya tak pernah jauh dari dunia dagang. Sebelum jadi direktur sebuah perusahaan dagang dan transportasi perkebunan bernama In Hoa, Tjia pernah jadi verkoper alias sales keliling yang menawarkan barang dagangan sebuah perusahaan Belanda sebelum 1942.
Perusahaan tempatnya bekerja juga milik orang Belanda. Tjia sering berpergian ke daerah-daerah sekitar Padang. Di sana, dia bertemu dengan perempuan yang kemudian jadi istrinya. Sang istri adalah anak dari Jap Kwae Eng, pengusaha Tionghoa asal Padang Panjang. Ketika balatentara Jepang menduduki Indonesia (1942-1945), Tjia tinggal di Padang. “Tatkala [tentara] Belanda mendarat di situ, ia seketika itu juga menawarkan diri untuk bekerja sebagai spion. Pekerjaannya menjadi satu dengan Westerling.
Waktu Westerling pulang dari Padang, maka Tjia Pit Kay datang di Jakarta, di mana ia dapat prioritas untuk naik pesawat terbang kemana-mana,” tulis sebuah Laporan Jawatan Kepolisian kepada Presiden pada 21 Februari 1950 tentang aksi Westerling.
Tjia Pit Kay menjadi pintu yang membuka akses Westerling terhadap pengusaha-pengusaha Tionghoa atau China lain seperti Tjie Yoek Moy dan Nio Peng Liang. Juga seseorang yang diduga dalam laporan polisi sebagai “seorang Tionghoa komunis yang paling terkenal di Jakarta, bertempat tinggal di Taman Sari, raja dari segala permainan judi gelap di seluruh Indonesia dan yang sering mengadakan perdagangan gelap,” dan kolega Tjia Pit Kay yang belakangan main mata dengan Westerling dalam gerakannya. Ketika Tjia Pit Kay mulai eksis lagi di dunia bisnis, Westerling pun menjadi kepercayaan dari panglima tertinggi tentara Belanda di Indonesia, Simon Hendrik Spoor.
Sumber : tirto