Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 38-40

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 38-40
K.H. Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Perhatikan Surat Al-Mulk ayat 9-11. “Mereka menjawab, ‘Benar, sungguh, seorang pemberi peringatan telah datang kepada kami, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu sebenarnya di dalam kesesatan yang besar” Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala” Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu.” Mengapa manusia sampai ingkar kepada Allah sebagai zat yang Mahapencipta? Setidaknya ada tiga hal penyebabnya. (1) Mendustakan ajaran Allah dan Rasulnya. Dusta adalah sifat yang buruk, karena cenderung akan ditutupi oleh dusta yang berikutnya. Manusia jadi berlaku dzalim pada dirinya sendiri. (2) Mendengar kalamullah, yang seharusnya meresap ke dalam hati, tapi sengaja tidak mau mendengar nasehat pada dirinya. Jika hal tersebut sampai selama 3 hari, tidak shalat dan tidak berbuat baik dll, maka akan mati hatinya. Hatinya lebih keras dari batu, menolak semua kebenaran dari Allah SWT. (3) Berfikir berdasarkan ayat-ayat Allah, yang sebenarnya akan mengantarkan pada hal-hal yang baik. Tapi, orang yang tidak mampu berfikir berdsarkan ayat-ayat Allah itu ada menjadi orang sesat dan menyesatkan, bahkan menyesatkan orang lain. Ada perasaan sombong, angkuh dan menolak kebenaran. Pada Surat Al-Baqarah dikisahkan suatu dialog Allah SWT dengan iblis ketika menciptakan Nabi Adam AS. Iblis inkar, sombong, takabbur, tidak mau hormat pada Nabi Adam AS, karena merasa dirinya lebih baik.

Terdapat dua titik kritis dalam kehidupan manusia, apakah kembali kepada Allah atau menjadi semakin sesat, yaitu: (1) Ketika manusia mendapatkan mudharat, sakit, jatuh miskin dll, ia dapat saja menjadi semakin jauh dari Allah atau justeru semakin mendekat kepada Allah SWT. (2) Ketika manuia mendapat kenikmatan atau rahmat dari Allah SWT, ia akan semakin jauh dari Allah SWT karena semuanya seakan-akan merupakan hasil jerih-payahnya sendiri atau ia semakin dekat dengan Allah SWT. Ketika Nabi Sulaiman AS mendapatkan kenikmatan, kerajaan dan kekuasaan yang luar biasa, maka beliau mengakui bahwa semua berasal dari Allah, sehingga semuanya perlu disyukuri. Tapi, jika kufur terhadap nikmat Allah, maka siksa Allah lebih pedih. “La-in syakartum, la-azidannakum. Wa la-in kafartum, inna ‘adzabi la-syadid”. Pada kehidupan kita sehari-hari, ada manusia yang tiba-tiba menjadi pejabat atau mendapat kenikmatan, menjadi kaya raya, kemudian ia menjadi seakan lupa segalanya, semuanya dianggap sebagai hasil kecerdasan dan usahanya sendiri. Oleh karena itu, ajaran agama menekankan, ketika kita mendapatkan ujian, kita sabar dan tawakkal, disertai ikhtiar yang sungguh-sungguh. Kita mendapatkan kenikmatan, kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *