Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 60-63 : “Penyesalan yang Tidak ada Manfaatnya”

Tafsir Al-Quran Surat Az-Zumar Ayat 60-63
K.H. Didin Hafidhuddin
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Perhatikan Surat Al-Mulk ayat 10-11, “Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala. Maka mereka mengakui dosanya.

Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu”. Pada kasus orang yang bertaubat, namun kembali berbuat dosa, sebenarnya kondisi tersebut sudah disebut dalam Hadist Rasulullah SAW, sebagai “mempermainkan taubat”. Bertaubatlah dengan penuh kesungguhan, tidak akan melalukan dosa itu dengan secara sadar. Kita niatkan, untuk benar-benar menjauhkan dari dosa yang sering kita perbuat itu.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Perhatikan Surat An-Nisa’ ayat 17-18, “Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertaubat. Taubat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Dan taubat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) dari orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran”.

Ciri-ciri orang bertakwa bukan berarti orang yang tidak pernah berdosa, tapi mereka akan segera bertaubat setelah melakukan dosa dan bertekad untuk tidak mengulanginya.

Perhatikan Surat Ali Imran ayat 135, aritnya “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.

Esensinya adalah dia tidak melanggengkan perbuatan dosa yang mereka lakukan, apalagi mereka mengetahuinya. Pilihan bagi kita orang beriman harus dibuat bagus semuanya, seperti perjuangan untuk meningkatkan kebaikan atau bersungguh-sungguh untuk meninggalkan keburukan. Misalnya, jika ada ajakan dari pemimpin, RT-RW-Lurah dll, untuk melakukan salat berjamaah, sebaiknya kita jangan menentang ajakan kebaikan itu. Ucapan Ali bin Abi Thalib RA yang sangat terkenal, “Undzur ma qala, wa la tandzur man qala”, Lihatlah apa yang diucapkan, jangan melihat siapa yang mengucapkan. Kita justeru dapat mengundang keburukan jika ikut menentang dan berkomentar “Ah, itu ada maunya”. Esensinya, kita tidak menentang setiap ajakan kebaikan.

Dalam menjawab pertanyaan tentang apakah ada do’a khusus agar kita mendapatkan pemimpin yang adil dan bijaksana, agama islam mengajarkan do’a singkat sebagai berikut ,“Allahumma walli umuurana khiyaaran, wa la tuwalli umuurana siyaaran”. Artinya, “Ya Allah berikan amanah untuk mengurus urusan kami kepada orang terbaik dari kami, dan jangan berikan amanah untuk mengrus urusan kami kepada orang yang terburuk dari kami.”

Demikian, mari kita tutup dengan doa kiffarat majelis, “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asyahadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruuka wa atuubu ilaika”.

Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tadi. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu.

Salam. Prof. Dr. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *