Lebih Baik Dahulukan Puasa Syawal atau Bayar Utang Puasa Ramadan setelah Idul Fitri? Ini Kata UAS

Lebih Baik Dahulukan Puasa Syawal atau Bayar Utang Puasa Ramadan setelah Idul Fitri?
Ustadz Abdul Somad
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews – Umat Islam biasanya akan melaksanakan puasa syawal setelah menjalankan puasa Ramadan selama satu bulan penuh.

Puasa syawal ini dilaksanakan oleh umat Islam selama enam hari di bulan Syawal.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hukum bagi umat Islam untuk menjalankan puasa syawal adalah sunah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah).

Seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah yang berbunyi:

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun” (HR. Muslim).

Namun, selama menjalankan puasa ramadan sebulan penuh, banyak umat muslim terutama wanita batal puasanya karena suatu hal.

Wanita biasanya batal menjalankan puasa dikarenakan mengalami haid.

Jika seorang Muslim batal puasa selama di bulan Ramadan, dia harus menggantinya dengan puasa ganti atau puasa qadha.

Lalu, Lebih Didahulukan Mana Puasa Syawal atau Puasa Ganti Ramadan?

Ustadz Abdul Somad atau biasa dipanggil UAS, menjelaskan tentang lebih diutamakan mana puasa syawal atau puasa ganti.

Menurut Ustadz Abdul Somad, puasa ganti atau puasa qadha merupakan ibadah yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

“Ibu-ibu yang kemarin punya utang 7 hari, nanti selesai Ramadan masuk bulan Syawal Qadha (puasa ganti) dulu 7 hari,” jelasnya,

“Nanti setelah puasa 7 hari baru puasa 6 (Puasa Syawal),” imbuhnya.

Meskipun begitu, kata UAS, orang yang sudah menjalankan puasa ganti diperbolehkan untuk tidak melaksanakan puasa syawal.

Menurut UAS, orang yang sudah melaksanakan puasa ganti atau qadha, sudah mendapatkan pahala puasa syawal.

“Namun jika tidak bisa, ibu bisa puasa Qadha saja,” ungkap UAS.

“Siapa yang puasa Qadha 6 hari di bulan Syawal, otomatis dapat pahala sunnah Syawal,” imbuhnya.

Puasa Syawal

Dikutip dari Tribunnews.com, Dosen Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Shidiq, M.Ag mengatakan bahwa puasa syawal dilakukan enam hari di bulan Syawal, yaitu hari kedua Syawal (sehari setelah hari raya Idul Fitri) dan seterusnya.

Puasa Syawal dimulai di hari kedua karena pada hari pertama Syawal merupakan Hari Raya Idul Fitri, maka diharamkan untuk berpuasa.

Akan lebih baik jika dilakukan secara berturut selama enam hari mulai hari kedua Syawal.

Namun, jika merasa kesulitan, maka diperbolehkan tidak berurutan, asalkan berpuasa sebanyak enam hari dan masih di bulan Syawal.

Berikut ini niat untuk puasa sunnah di bulan Syawal :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.”

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah SWT.”

Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.

Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Syawal pada siang hari.

Berikut ini lafalnya :

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.”

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawwal hari ini karena Allah SWT.”

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *