Sampaikan Khotbah Id di Rumah Pribadi, Menag: Larangan Mudik Tidak Mudah Diterima

SM/dok KHOBAH DI RUMAH: Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) memegang tongkat saat menyampaikan Khotbah Idulfitri 1 Syawal 1442H di rumah pribadi, Condet, Jakarta Timur, Kamis pagi (13/5)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



JAKARTA, Hajinews  — Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) mengatakan, Di tengah ujian besar warga dunia yang masih dilanda pandemi Covid-19, Idul fitri tahun ini tepat kiranya menjadi momentum untuk menerjemahkan arti kemenangan dari Ramadan secara lebih mendalam.

Idul fitri tak sekadar dimaknai sebuah ritual ibadah seperti takbiran, salat Id atau bermaaf-maafan semata. Idul fitri juga jangan sampai dimaknai kebebasan berlebihan hingga nekat melabrak tatanan atau regulasi yang telah menjadi kesepakatan bersama. Lebih dari itu, sejatinya Idul fitri kali ini adalah mengandung pesan yang sangat luas untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

‘’Berbagai aturan yang dibuat seperti larangan mudik, takbir keliling dan pembatasan kapasitas jamaah di masjid atau musala memang pada situasi tertentu memang tidak mudah untuk diterima. Kebijakan baru itu pun sulit untuk mengobati kerinduan yang selama ini tertanam, seperti ingin pulang ke kampung halaman, bersalam-salaman atau berkunjung ke sanak kadang,’’ tegas Menag.

Dia mengatakan hal itu dalam khotbah Idul fitri 1442H di rumah pribadi, Condet, Jakarta Timur, Kamis pagi (13/5). Gus Yaqut menjelaskan, dia menjadi imam sekaligus khatib Shalat Id di rumah. ‘’Jamaahnya kurang lebih 20 orang terdiri istri, anak-anak, pembantu dan penjaga rumah. Alhamdulillah lancar dan khusyuk,’’ katanya.

Menurut Menteri Agama, sejatinya pembatasan mudik, takbir keliling dan sebagainya bukan berarti ingin mengurangi makna dari kemenangan Idul fitri. ‘’Aturan-aturan itu adalah bagian ikhtiar bangsa ini. Dan dari ikhtiar itu justru diniscayakan menjadi solusi untuk mencapai kemenangan yang jauh lebih besar, yakni bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan dan bangsa Indonesia,’’ katanya.

 

Penambahan Kasus

Gus Yaqut mengatakan, hingga Rabu (12/5), total kasus Covid-19 di Tanah Air tercatat telah mencapai 1,73 juta. (Penambahan sekitar 4,608 kasus). Semua tentu sangat prihatin dengan masih begitu tingginya kasus paparan virus Korona yang terangkum dalam 15 bulan terakhir tersebut. Tantangan dan masalah besar ini jelas tak akan mungkin diselesaikan oleh pemerintah sendiri.

Dari data faktual itu, kata Menag maka tidak berlebihan jika di balik banyaknya orang yang terkena Korona itu harus menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya sikap saling tolong menolong, membantu dan meringankan antar sesama.

‘’Membangkitkan kesadaran bersama ini penting sebab datangnya virus Korona tak mengenal latar belakang agama, suku, ras, bahasa dan lain sebagainya.

Menurut Menag, bangsa Indonesia bangsa yang kuat. Karena memiliki sikap kegotongroyongan tinggi. Semua elemen tak pernah lelah bekerja sama dan berjuang melawan pandemi. Dengan modal komitmen dan kerja keras itu dia merasa yakin seberapa pun kencangnya cobaan yang dihadapi bangsa akan bisa teratasi.

Kesediaan hati untuk berlaku ikhlas diikuti aksi-aksi meringankan beban saudara tanpa memandang sekat-sekat pembeda seperti di atas adalah bagian wujud nyata praktik toleransi.

Ketika seseorang terpanggil hatinya untuk berderma misalnya, maka yang muncul dalam pikiran dan hatinya hanyalah bagaimana orang lain meski itu berbeda keyakinan juga tetap terjaga keselamatan jiwa, akal dan kehidupannya. Mereka tidak lagi berpikir kerdil dengan hanya berupaya  mengutamakan nasib atas dirinya sendiri.

Menurut Menag, sikap-sikap positif ini harus dirawat meski seringkali dihadapkan pada situasi penuh keterbatasan. Di tengah keberagaman yang dimiliki bangsa ini, terjaganya sikap peduli sekaligus menghormati nilai-nilai kemanusiaan adalah hal yang menjadi keharusan. Dari praktik toleransi inilah yang sejatinya mampu membangun solidaritas tinggi dan memperkokoh nilai persatuan bangsa.

‘’Bangunan toleransi ini juga perlu terus diperkuat sebagai pengikat rasa kebersamaan anak bangsa. Toleransi ini hanya bisa terwujud dengan baik jika masing-masing individu berlaku adil, berimbang dan menaati konstitusi yang menjadi kesepakatan berbangsa,’’ tegas Menag. (Ingeu/B13-)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *