Perintah Kapolri soal ‘Potong Kepala’ Dapat Dukungan di Mana-mana

Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo - Baru-baru ini Kapolri memaparkan perkembangan kasus yang berkaitan dengan Habib Rizieq Shihab dan FPI. /Dok. Humas Polri
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jakarta, Hajinews.id — Ketegasan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mendapat dukungan di mana-mana. Jenderal Sigit tak akan ragu memotong sumber penyakit institusi di bawahnya, bak memotong kepala ikan yang busuk.

Sigit mengutip peribahasa “ikan busuk dari kepalanya”. Artinya, suatu organisasi atau negara gagal disebabkan oleh masalah kepemimpinan sebagai sumber masalahnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sigit berbicara dalam forum agenda penutupan pendidikan Sespimti Polri Dikreg ke-30, Sespimen Polri Dikreg ke-61, dan Sespimma Polri angkatan ke-66 di Lembang, Jawa Barat, Rabu (27/10) kemarin.

“Ada pepatah, ikan busuk mulai dari kepala, kalau pimpinannya bermasalah, bawahannya akan bermasalah juga. Pimpinan harus jadi teladan sehingga bawahannya akan meneladani. Karena kita tidak mungkin diikuti kalau kita tidak memulai yang baik, kita tidak mungkin menegur kalau tidak jadi teladan, harus mulai dari pemimpin atau diri sendiri. Ini yang saya harapkan rekan-rekan mampu memahami. Hal yang dijalankan penuh keikhlasan akan menjadi buah keikhlasan. Tolong ini diimplementasikan bukan hanya teori dan pepatah,” tutur Sigit.

Belakangan ini, kabar-kabar berita mengenai penyimpangan yang dilakukan personel polisi menyedot perhatian publik. Citra Polri di mata masyarakat menjadi turun. Untuk memperbaiki Polri, maka pimpinan perlu berbenah. Sigit punya konsep Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan).

Sigit memastikan dirinya beserta pejabat utama Mabes Polri memiliki komitmen untuk memberikan reward kepada personel yang menjalankan tugasnya dengan baik dan bekerja keras untuk melayani serta mengayomi masyarakat.

Namun sebaliknya, Sigit menegaskan sanksi tegas akan diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, atau melanggar aturan yang ada. Bahkan, Sigit tak ragu untuk menindak tegas pimpinannya apabila tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya apabila ke depannya masih melanggar aturan.

“Namun terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan berdampak kepada organisasi, jangan ragu melakukan tindakan. Kalau tak mampu membersihkan ekor, kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat, agar kita bisa ambil kebijakan yang sesuai,” sebut Sigit.

PPP

Anggota Komisi III DPR Fraksi PPP, Arsul Sani, mendukung sikap Kapolri Jenderal Sigit. Namun demikian, Arsul berharap itu tidak berhenti pada seruan.

“Pernyataan Kapolri tersebut sudah menunjukkan paradigma kepemimpinan yang benar, yakni bahwa pimpinan itu harus mulai dari diri sendiri dulu untuk tertib, tidak bergaya hidup mewah, tidak hanya menuntut bawahannya disiplin, mencontohkan dengan nyata tagline Polri melindungi dan mengayomi, dsb-nya. Bahasa singkat menjadi teladan kebaikan bagi kesatuan dan bawahannya,” ucap Arsul saat dihubungi, Kamis (28/10/2021).

Dia meminta Jenderal Sigit benar-benar berani memotong kepala dengan memberi sanksi penggantian hingga pencopotan terhadap pimpinan Polri yang bawahannya bermasalah.

“Untuk memastikan bahwa paradigma kepemimpinan di atas itu akan berjalan, tidak hanya berhenti pada seruan, ya memang sanksi penggantian atau pemotongan pada kepala ikan harus diterapkan,” tuturnya.

PDIP

Dari PDIP, ada Anggota Komisi III DPR RI Johan Budi Sapto Prabowo yang berbicara. Johan menilai Sigit tidak main-main.

“Saya rasa itu nggak main-main ya, nggak normatif, serius itu. Itu warning untuk kapolda, kapolres, kapolsek,” kata Johan Budi kepada wartawan, Kamis (28/10/2021).

Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) itu mengusulkan agar polisi yang melakukan tindak pidana dihukum lebih berat. Penghukuman lebih berat ini bertujuan memberikan efek jera.

“Saya kan pernah bilang juga di RDP (rapat dengar pendapat), karena penegak hukum yang melanggar, melakukan pidana, itu harusnya dihukumnya lebih berat karena dia penegak hukum, bukan hanya dimutasi, bukan hanya dicopot dan diturunkan jabatannya,” sebut Johan Budi.

“Tapi kalau dia melakukan pidana, pelanggaran pidana, harusnya dihukum pidana, dan hukumannya harus lebih berat, sekaligus juga untuk deterrent effect (efek jera) bagi polisi-polisi lain yang coba-coba melakukan pelanggaran,” sambung dia.

Ketua Komisi III DPR

Ketua Komisi III DPR RI Herman Herry mengatakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo tidak asal ngomong ketika menyampaikan akan memotong kepala jika pimpinan Polri tidak bisa membersihkan ekor. Herman menyebut Jenderal Sigit sudah mencontohkan hal tersebut di jajaran Mabes Polri.

“Statement kapolri sebagai kepala nomor 1 di institusi Polri bukan asal ngomong, kami menilai selama masa kepemimpinan beliau sebagai Kepala Polri telah menunjukkan contoh yang baik dan beliau sangat menjaga martabat institusi,” kata Herman saat dihubungi.

Herman mengatakan Komisi III memberikan apresiasi terhadap Jenderal Sigit yang selama ini tetap berusaha menjaga martabat. Karena itulah, dia meminta agar jajaran Sigit, Kapolda, hingga Kasatwil juga bisa menjaga martabat tersebut.

“Oleh sebab itu, kami minta agar seluruh jajaran Kasatwil dan para Kepala Polda dan Polres agar memaknai dan menjaga martabat institusi polri di dalam melaksanakan tugas-tugas kepolisian,” ucapnya.(dbs)

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *