Rektor Unida Gontor: Ini Amal yang Tidak Kalah Penting dari Salat

Amal yang Tidak Kalah Penting dari Salat
Rektor Universitas Darussalam (Unida) Gontor Prof Dr KH Hamid Fahmy Zarkasyi MEd MPhil
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Amal yang Tidak Kalah Penting dari Salat. Rektor Universitas Darussalam (Unida) Gontor Prof Dr KH Hamid Fahmy Zarkasyi MEd MPhil memaparkan hal ini dalam Pengajian Virtual Orbit bertema Menghargai Waktu untuk Kemajuan Peradaban, Kamis (13/1/2022).

Pengajian tiap dua pekan binaan Prof M Din Syamsuddin MA PhD itu digelar Yayasan Orbit Lintas Karya melalui Zoom. Berbagai kalangan mulai artis sampai cendekiawan, dari Indonesia maupun mancanegara hadir secara daring.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Prof Hamid menerangkan pentingnya amal shalih. Dia menyatakan, mempelajari dan mengajarkan Islam ternyata pahalanya lebih bagus daripada Salat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Abu Zar, kamu berangkat di pagi hari lalu mempelajari satu ayat dari kitab lebih baik bagi kamu daripada kamu melakukan Salat seratus rakaat. Dan kamu berangkat di pagi hari lalu mengajarkan salah satu bab dari ilmu, baik itu diamalkan atau tidak, lebih baik dari kamu melakukan Salat seratus rokaat.”

Dia pun menegaskan, “Saya tidak mengatakan bahwa Salat tidak penting. Tapi kalau kita lihat, amal-amal shalih dalam al-Quran itu pahalanya sangat banyak sekali!”

Cinta Allah dan Rasul

Hal ini mengingatkan Prof Hamid pada sebuah kisah. Suatu ketika, seorang Badui datang kepada Rasul untuk bertanya. Rasulullah SAW pun menanyakan apa yang dia siapkan sebelum bertanya.

“Saya orang yang tidak kaya dan tidak bisa membelanjakan harta untuk ibadah. Saya bukan orang tahan untuk Salat Tahajud setiap malam. Saya bukan orang yang bisa puasa Daud atau Senin-Kamis,” jawab orang Badui itu.

Rasulullah menimpali, “Terus apa yang bisa kamu lakukan?”

Badui itu menjawab, “Saya mencintai Allah dan Rasul.”

Jawaban Rasulullah lebih menarik lagi. “Kamu sudah bersama dengan yang engkau cintai,” ujarnya.

Dari kisah itu, Prof Hamid menyampaikan pentingnya bersama Allah. “Orang kalau sudah beribadah kepada Allah pada tingkat ihsan, mencintai Allah, berarti dia tidak akan mengerjakan sesuatu yang tidak disukai oleh Dzat yang dia cintai,” terangnya.

Dia mencontohkan, jika istri mencintai suaminya, tentu akan memasak makanan favorit sang suami. Tidak mungkin dia memasak sesuatu yang dibenci suaminya.

Sehingga suami, lanjutnya, akan memberikan sesuatu yang dicintai istrinya. “Itu konsekuensi orang mencintai,” kata dia. Begitupula yang terjadi ketika kita mencintai Allah dan Rasulullah.

Infak Vs Salat

Bentuk amal shalih lainnya bisa berinfak. Prof Hamid pun menerangkan perbandingan amal berinfak dan Salat. Sebelumnya, dia menukil ayat al-Baqarah: 261 yang menjelaskan pahala berinfak.

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Kemudian, dia menjelaskan artinya. Satu infak orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah berpahala seratus. Sedangkan pahalanya orang Salat yang tidak berjamaah hanya satu dan jika berjamaah pahalanya 27.

“Tapi jangan kemudian berpikir bahwa lebih baik sedekah pahalanya banyak daripada susah-susah Salat, kita tidak boleh berpikir seperti itu!” tegasnya.

Jika dalam sistem angka, Prof Hamid menyatakan Salat adalah angka satunya. Dia menekankan, “Kalau Anda memiliki satu miliar, angka satu di depan itu penting. Itulah salatnya!”

Kalau Anda tidak Salat atau tidak menjalankan syariat, lanjutnya, amal-amal itu akan tetap menjadi nol yang sekian banyak. “Tapi begitu Anda menjalankan syariat itu, nol yang Anda buat dalam setiap langkah kehidupan akan bertumpuk-tumpuk menjadi miliar pahala,” jelas dia.

Prof Hamid menerangkan hadits lain yang menyatakan, akhlak mulia seseorang berpahala sama dengan menjalankan Salat dan puasa. “Kalau tidak mampu menjalankan puasa Senin-Kamis, akhlak kita tetap kita jaga, itu sama dengan menjalankan puasa Senin-Kamis,” terang penulis buku Misykat Refleksi tentang Westernisasi Liberalisasi, dan Islam.

Pada hadits lain, kata dia, hal berikut akan ditanyakan di hari akhir: “Badanmu kamu gunakan untuk apa? Umurmu kamu habiskan untuk apa? Hartamu kamu peroleh dari apa dan kamu belanjakan untuk apa? Ilmu yang anda miliki, anda amalkan atau tidak?” Inilah yang menunjukkan dalam hidup, selain Salat, banyak amal shalih yang perlu kita kerjakan. (*)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *